BAB 10

734 108 108
                                    

"Kak, ini belanja begini ga beli celana dalem?"

Cerewet, hanya itu yang bisa kukatakan jika seseorang bertanya Bosska seperti apa. Entah berapa kali dia mengomentari hal-hal di kamar ini, bahkan saat aku menyuruhnya mandi sebelum tidur dia masih bisa mengeluh tentang hal-hal seperti keset kaki.

"Di laci ada celana dalam baru, kau ambil saja."

"Trus nanti kakak pakai apa?"

"Apa kau pikir aku hanya punya satu?"

"Hehe, tapi ukuran kita beda ga sih kak?"

Aku menghentikan kegiatanku merapikan belanjaan, dan memandang pemuda itu. Yah, badan kamu tidak jauh berbeda tapi dengan ukuran pinggang dan pinggul yang sedikit jauh.

Milikku lebih ramping, sialan! Aku benar-benar pihak bawah?!

"Kalau kau tidak mau, pakai saja boksermu itu."

Tidak ada pilihan, daripada dia tidak nyaman memakai ukuranku.

Bosska tidak lagi berkomentar dan masuk ke kamar mandi. Sungguh lelah memiliki adik seperti Bosska, dia terlihat kalem dan tipe cool, tapi ternyata sangat menyusahkan.

Lalu bagaimana dengan dua yang lain? Apakah tidak ada yang pendiam dan patuh seperti Macau?

"Kak, kok sabunnya ga bolong?"

Apakah dia pikir aku semesum itu?! Benar-benar menyusahkan!

•~•

"Aku tidur di sini? Ga sama kakak?"

"Aku masih merasa kau orang asing, jika tidak mau kau bisa pergi."

Apa yang dia harapkan? Nyatanya aku memang bukan kakaknya, aku jiwa lain yang menempati tubuh kakaknya. Jadi susah payah aku membuatkan tempat tidur darurat di lantai, setidaknya bukan hanya selimut dan bantal, tapi cukup nyaman dan tidak akan membuatnya sakit punggung.

Beberapa menit tidak ada suara, kupikir aku bisa terlelap dengan tenang. Tapi tidak bisa, aku menjadi sangat waspada dan beberapa kali mengintip ke arah jendela. Entah apa yang kutunggu.

Saat netraku menangkap jarum jam, ini hampir jam 11 malam. Aku pikir hanya instingku sebagai mafia, tapi sebenarnya tidak.

"Kak Bible, udah tidur?"

Suaranya sekecil nyamuk, tapi keheningan malam membuatku menangkapnya dengan jelas.

"Tidak."

"Di luar ada yang ngintip."

Aku tahu, tapi tidak mungkin bersikap gegabah. "Tidurlah."

"Ga bisa, nanti dia nyerang kayak dulu lagi gimana?"

Dulu? Lagi? Keluarga ini bukan keluarga mafia kan?

"Lagi?"

"Musuh bisnis papah, mereka selalu ngincer kita biar papah nyerahin perusahaannya."

Sialan, konglomerat dengan kekuasaan?! Jika tebakanku benar, mungkin Biu juga terlibat selama ini, dan Bible yang dulu terlalu baik padanya.

Tidak bisa, aku tidak ingin kembali berada di posisi seperti ini. Ketakutan, khawatir, merasa rendah dan menjadi target yang tidak seharusnya.

"Bangun pelan-pelan, ambil tempat di dekat pintu."

"Kakak?"

"Menurut."

Dia bangun dengan cukup natural, menguap dan memutar dari arah kamar mandi ke pintu. Aku memperkirakan waktu dan memberinya kode untuk berteriak, setelah itu aku bangkit dengan tergesa-gesa.

Beautiful of YOU (NOT HIM)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang