###
Marshall London paling menikmati saat-saat sendirian. Disaat sepupu-sepupunya berbahagia karena setiap saat ditemani asisten pribadi yang bisa diminta tolong kapan saja, asisten pribadi London mungkin jadi asisten paling santai dan paling jarang bekerja. Yang asistennya harus lakukan adalah stand by 24 jam dengan handphone, selebihnya ia bisa bekerja jarak jauh dengan London.
Seperti bepergian pun, London lebih suka pergi sendiri. Kadang neneknya memaksa memakai supir dan ia pun terpaksa menurut, tapi kalau ia tidak begitu sibuk, baik asisten ataupun supir semuanya akan ia tolak mentah-mentah.
"Lo kapan jadwal berkuda?" tanya Abbercio yang lagi-lagi mengganggu waktu santai London di rumah, rumah neneknya.
"Minggu depan sepertinya, gue agak lupa. Nggak excited juga," jawab London seadanya.
"Oke, kabarin jadwalnya ke PA gue biar kita bisa bareng."
"Ngapain?"
"Bareng lah, biar seru. Kimi juga gabung pasti makin seru."
"Hmm no, gue males lihat lo berdua PDA depan gue."
Abbercio terkekeh dan langsung duduk di depan London. "Gue yakin suatu saat nanti lo bakal ngerti kenapa gue kayak gitu sama Kimi, sih. Bro, lo kan tahu gimana gue sama Kimi."
"Yeah, it's annoyed me so much, like, you should've said you love her from the start though, less drama."
Abbercio lagi-lagi terkekeh melihat respons London yang datar. "Gimana ya, cewek centil kayak Kimi kan harusnya bukan selera gue."
"Nggak. Dari awal cewek centil seperti Kimi itu selera lo. You just never want to admit it."
"Iya sih, gue akui pesonanya Kimi terlalu kuat untuk gue tolak. Bisa gila gue kalau gak sama dia," aku Abbercio.
"Weird," gumam London. "Walaupun gue paham sih, some people went crazy because of love."
"Eh, gue gak lagi nyindir Om Hendrick loh," potong Abbercio.
"Nyindir juga gak apa-apa," balas London. "Ngomong-ngomong, Kimi masih di mana sih?"
"Katanya 5 menit lagi nyampe. Dia kan ada appointment buat ke salon bareng temen satu gengnya, pasti lama lah itu."
"Pantesan lo gak ikut."
"Iya, kalau gak sama gengnya gue pasti temenin. Kimi is too pretty gue yakin cowok-cowok brengsek di luar sana banyak."
"Can you please stop? Gue mau muntah. Gue tahu kalian pengantin baru tapi please gue gak butuh denger ucapan lo," keluh London.
Abbercio lagi-lagi terkekeh seolah bukti bahwa orang yang jatuh cinta memang bisa-bisa jadi gila, karena bahkan ucapan pedas dari London sama sekali tidak mempengaruhi laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Left My Soul in London
Fanfiction(Series #19 Tanoto) When Seoul Kang flew to London to fix her broken heart just to meet someone as gloomy as the city, Marshall London.