15. Her work

1.6K 236 20
                                    

###

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

###

Banyak orang yang senang mempertanyakan bagaimana London menjalani hidup, terutama bagaimana laki-laki itu mengatur perasaannya atas segala sesuatu.

Kakek dan nenek mungkin paling senang memperhatikan cucu-cucunya. Ada begitu banyak, tapi London adalah salah satu yang terdekat, terlebih mereka juga yang merawat laki-laki itu sejak kecil.

Bagi kakek dan nenek, mereka paling suka memberikan perbandingan antara London dan Abbercio. Bukan untuk menjelekkan salah satu, tapi hanya untuk membuat mereka sadar kalau cucu-cucu mereka bisa begitu berbeda.

Walaupun sama-sama penurut, Abbercio lebih bebas dan terbuka. Perasaanya lebih transparan dan lebih sering dimenangkan.

Sementara itu, London seperti sisi sebaliknya.

London bukan seperti robot yang tidak pernah mengeluh, tidak tersenyum, atau tidak merasa lelah. London sama seperti manusia pada umumnya, bukan tipe-tipe workaholic seperti gunung es yang dingin. Ia hanya bekerja dengan baik.

Sejujurnya, kakek dan nenek pun bingung bagaimana mendeskripsikan London.

Laki-laki itu tumbuh dengan baik. London bukan anak nakal yang tumbuh menjadi laki-laki berengsek. Nenek yakin cucunya yang satu ini tidak akan membuatnya sakit kepala seperti apa yang Abbercio lakukan.

London itu dewasa dan tenang. Sejak masih anak-anak, London sudah sering menunjukkan sisi dewasa dalam dirinya, dan sampai sekarang pun terus begitu.

London juga seperti air tenang. Daripada transparan, London lebih sering mengolah perasaannya terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menunjukkannya ke depan umum. Dari kecil, London seolah-olah bisa mengatur seberapa jelas perasaan yang akan ia tampilkan, seolah segalanya tepat berada di bawah kontrolnya.

Seperti di Hari Minggu pagi ini, London yang baru bangun dan melangkah menuju dapur untuk meminta sarapan harus dikagetkan dengan kedatangan seseorang di tengah rumah kakek dan neneknya yang sepi. Tanpa menunjukkan ekspresi berlebihan London meminta pelayan membuatkan sarapan untuknya, dengan jelas sengaja menghindari orang yang kini datang menghampirinya.

"Papa mau sarapan di sini juga," ucap Hendrick Tanoto yang sejak pagi-pagi sekali sudah berada di rumah orang tuanya.

London sama sekali tidak menanggapi, toh ia yakin pelayan sudah mendengar permintaan ayahnya itu. Jadi ia memutuskan untuk berjalan menuju meja makan sambil menunggu sarapan miliknya.

"Bulan depan kita yang akan jadi tuan rumah untuk charity," ucap ayahnya membuka pembicaraan.

London mengangguk kecil. Mendengarkan tapi enggan menanggapi.

"Adik kamu mau Papa jodohkan, jadi bulan depan pengumumannya. Papa harap kamu mulai mengobrol dan membantu dia merencanakan pertunangannya."

"Papa gak peduli kamu gak mau ikut aturan Papa. You do you. Sejak dulu juga Papa sudah gak peduli kamu mau apakan hidup kamu. Tapi Papa minta kamu tetap jadi sosok kakak yang baik untuk adik-adik kamu."

I Left My Soul in LondonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang