PART 9. TEMU

598 55 0
                                    

Disebuah kamar berdinding putih, berhiaskan banyak foto-foto juga lukisan, di ujung pojok kamar itu disimpan rumah kecil milik seekor kucing lucu, suasananya senyap tak ada suara padahal ada seseorang disana.

Gadis remaja yang sedang meringkuk, menutupi dirinya dengan selimut tak sedikitpun pandangannya lepas dari layar handphone yang dia genggam.

Mukanya terlihat tanpa ekspresi, matanya kian merah, pikirannya melayang entah kemana.

Dikasur yang empuk itu, dia baringkan badannya yang terasa sedang tidak baik-baik saja, ini
pasti karena main hujan-hujanan kemarin.

Hari ini berbeda, dunia terasa lebih berat tanpa ada dia disisinya, jika saja dulu Ashel tidak mengizinkan Zee mengambil tawaran film itu mungkin ini semua taakan terjadi.

Bagaimana tidak sudah mau 3 minggu namun belum ada satu pun chat Ashel yang pernah dibalas Zee, bahkan sekedar dibaca pun tidak.

Kata orang kalo seseorang mau menjaga hubungan baik dengan orang lain minimal harus selalu keep in touch 2 minggu sekali, ini sudah lewat, jangan-jangan hubungan Ashel dengan Azizi sedang tidak baik-baik saja.

Ashel terus overthingking dengan segala kemungkinan buruk yang akan terjadi nanti, namun dia tau hidup seorang Zee bukan hanya tentang dirinya.

Dia berhak mengejar banyak hal didunia ini, keputusan-keputusan yang dia buat untuk meraih mimpinya, namun Ashel tidak rela jika keputusan yang diambil itu adalah harus menjauhi dirinya.

Ditengah pikiran yang kalang kabut, tiba-tiba ada sesuatu yang cukup mengejutkannya, batu kerikil agak besar telah memasuki jendela kamarnya, terdengar suara treng batu agak besar itu memecahkan kaca, ini pasti yang lempar punya kekuatan gajah.

Ashel terperanjat dia segera bangkit mendekati jendela, dilihatnya keluar rumah, dia melihat seseorang dengan jaket hitam abu-abu dan celana jeans sedang berdiri tersenyum lebar kearah dirinya.

Ashel berdecak kesal melihatnyanya, rasanya dia ingin melempar balik batu itu kearah orang itu dengan sangat keras bukannya apa-apa orang itu udah tau salah, tapi berwajah tanpa dosa.

"ADEL NGAPAIN PAKE LEMPAR BATU SEGALA!!" teriak Ashel keras, mungkin sampai terdengar ke rumah sebelah.

"LO LUPA HARI INI HARI MINGGU, AYO KE MOL!" teriakan Adel ternyata lebih keras, ini mengalahkan suara musik dangdut di sebrang rumah.

Karena suasana semakin kacau, Ashel tak mau para tetangganya komplain karena suara berisik ini, dia pun segera mengambil buku gambar dan pulpen lalu dia menulis sesuatu.

"AKU SIAP-SIAP DULU, JANGAN BERISIK SUARA KAMU GEDE KAYA  TOA"

Begitulah isi tulisan itu, Adel yang melihatnya hanya tertawa terbahak- bahak tanpa henti, entahlah selain Zee, Adel juga termasuk manusia termenyebalkan dalam hidupnya.

Ashel segera siap-siap mandi lalu setelahnya memakai baju putih bermotif dengan celananya, dia segera turun dari tangga, oh iya kebetulan saat itu bunda sedang tidak ada dirumah, bunda sedang arisan bersama teman-temannya.

***

Ashel tiba dipekarangan rumah, dia melihat Adel yang sedang menunggunya didepan mobil sedan berwarna merah sambil melambaikan tangan.

Ashel menghampiri nya tanpa ada satu dua patah katapun Adel segera membukakan pintu mobil untuk Ashel, dia lalu masuk kedalam mobil itu.

Adel menyetir mobil dengan santai bahkan tanpa bersuara sedikitpun heran dengan perlakuan Adel, Ashel yang penasaran pun bertanya.

"Ini mobil kamu Del? pertanyaan pertama Ashel.

Tidak ada jawaban dari Adel.

"Mobilnya bagus kenapa gak sering kamu pake?" pertanyaan kedua Ashel,

Sama saja tidak ada jawaban.

"Kenapa? ko kamu diem aja ditanya?"

"Emm emm em"

"Apaan sih Del, yang jelas!"

"Emm itu" suara Adel pelan,

"Mau ngomong atau aku loncat dari mobil!!"

"Ehh iya jangan, kan kata kamu jangan berisik katanya suara aku kaya toa" bela Adel.

"Yaa kan itu tadi bukan sekarang, nyebelin banget sih AdelII" kesal Ashel terhadap orang disebelahnya itu.

Suasana didalam mobil kembali senyap tak ada suara selain suara kendaraan disekitaran jalan raya.

Mol yang akan didatangi mereka cukup jauh, karena kata Adel mol itu lumayan banyak permainan Timezonenya tidak seperti mol lainnya. Padahal ada taman bermain tapi mereka lebih milih pergi ke mol.

Saat mereka tiba di mol yang mereka tuju, mereka segera turun dari mobil lalu berjalan kearah pintu masuk mol secara beriringan.

Mereka berdua memutuskan untuk bermain di Timezone terlebih dahulu untuk melepas steres anak-anak remaja pada umumnya dengan bermain permainan anak-anak.

Tawa ceria tergambar diwajah mereka, apalagi Ashel yang terlihat sangat bahagia karena dapat mengalahkan Adel bermain mobil-mobilan di layar LID yang cukup besar.

Saat mereka mulai lelah bermain, mereka berlanjut untuk makan siang berdua disebuah cafe yang katanya sih makan siang hari ini ditraktir oleh Adel, siapa yang mau nolak coba?

Ashel hanya memakan es cream coklat ditangan nya, dia memang orang yang sangat menyukai es cream lebih dari apapun.

Ashel cepat-cepat memakan es cream itu dengan nikmat, tapi sebentar ada sesuatu yang menarik perhatiannya.

"Del liat deh itu ko kaya Azizi" tunjuk Ashel ke arah meja sebelah yang tak jauh dari sana.

"Yang mana, Shel?"

"Itu tuh, aku kenal banget sama jaketnya Del"

"Jaket kaya gitu mah banyak, Shel" cela Adel yang tak percaya dengan apa yang dilihat Ashel.

"Bentar Del, aku buktiin ya"

Tanpa banyak basa-basi lagi, Ashel berteriak dari posisinya dengan cukup keras.

"WOY AZIZ!"

Tiba-tiba orang itu melihat kebelakang dan ternyata...

Tiba-tiba orang itu melihat kebelakang dan ternyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Is She really your best friend or not?

***


STORY A [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang