Malam pun tiba, bintang-bintang tak muncul seolah takut akan suatu hal, suhu malam mulai terasa dingin hingga ketulang,Gadis berambut pendek itu tak bergeming sama sekali dari ruang kerja seseorang, yang di mejanya ada tulisan "Dr. Ardi Sentosa" nama ayahnya sendiri.
"Jadi kemarin malam pasien seumuran aku yang ayah tangani itu Azizi?" tanya Adel yang duduk menghadap ayahnya.
"Iya itu Azizi, dia juga anak dari sahabat ayah Pak Azlan" jelas sang ayah yang seperti diintrogasi oleh anaknya .
"Kata ayah dia pernah ke rumah kita, itu kapan? dan dia mau ngapain yah?"
"Hemm kalo itu sekitar 3 minggu yang lalu, kamu lagi gak ada dirumah. Azizi datang sama ayahnya buat nanya-nanya soal penyakit yang dia alami."
"Udah berapa kali dia datang?" Adel masih penasaran.
"Kalo gak salah udah 2 kali terus pas itu dia bilang kalo dia satu sekolah dan kenal sama kamu."
"Trus yah?"
"Terakhir dia cuma pesen, buat kamu jangan sampe gagal lagi jagain orang yang kamu sayang"
"Hah... apa dia kenal sama Flora?" balas Adel bingung.
Ayah hanya menggeleng atas pertanyaan itu,
"Yaudah yah aku minta tolong,
emm tolong selamatkan Zee yah, karena aku gak mau kalo Ashel harus merasakan sakitnya kehilangan sahabat kaya aku dulu" kali ini Adel serius menatap ayahnya."Ayah akan berusaha semaksimal mungkin, kamu bantu doa ya insyaallah semuanya akan baik-baik saja."
"Pasti aku doain, aku pamit pulang dulu, yah" Adel menyalami ayahnya lalu beranjak pergi dari ruangan itu
"Hati-hati dijalan, Del."
***
Ashel masih melamun duduk dikursi samping ruangan UGD sendirian karena Om Azlan dan Tante Rina sedang ada urusan, ditambah Bunda pulang dulu kerumah, keadaan Zee masih belum ada kemajuan, matanya masih terkatup, jangankan itu untuk dijenguk pun belum boleh.
Ashel tak menyadari ada seseorang yang datang, dia menepuk pelan bahunya.
"Shel, kamu istirahat aja biar aku yang jagain Zee disini" ucap Adel lembut.
"Gapapa Del" tolaknya dingin.
"Tapi kamu juga lagi sakit Shel, sebelum kamu sayang sama orang lain kamu juga harus sayang dulu sama diri kamu sendiri."
"ZEE ITU BUKAN ORANG LAIN, DIA SAHABAT AKU DEL" balasnya dengan nada tinggi.
Adel berusaha menenangkan Ashel, emosinya sedang tidak stabil sekarang apalagi ini sedang di rumah sakit.
"Shel tenang ya, disini ada aku" kata Adel menarik temannya itu kedalam pelukan hangatnya.
"Zee bakal sembuh kan? dia bakal jailin aku lagi kan? aku kangen sama semua tingkah dia."
"Del, aku mending dibenci dan dijauhin dia dari pada harus kehilangan dia selamanya."
"Kita udah sama-sama dari kecil, susah senang bersama, kalo tiba-tiba dia ninggalin aku berarti aku juga harus ikut sama dia"
"Shutt jangan ngomong kaya gitu, kalo Zee denger dia pasti sedih banget" balas Adel dengan mata nanar.
"Dia mungkin ngelakuin ini karena gak mau liat kamu sedih dan hancur kaya gini."
"Kita berdoa aja semoga Tuhan menyembuhkan dia seperti semula, percaya deh kalo sesuatu itu mustahil, Tuhan akan mengabulkannya dengan cara yang mustahil juga" Adel mengelus lembut rambut Ashel.
Ashel perlahan melepas pelukannya, memang benar kata-kata Adel barusan, dia harus lebih kuat dari siapapun untuk menguatkan sahabatnya, dia juga tak akan henti-hentinya memanjatkan doa untuk sahabatnya.
"Abis ini kamu istirahat, jangan telat makan lagi, kan gak lucu orang sakit dijagain sama orang yang lagi sakit?"
Ashel hanya terkekeh.
"Shel, aku pamit pulang dulu, soalnya satu minggu lagi bakal ada turnamen basket aku harus fokus untuk pertandingan itu" Adel mengacak-acak rambut Ashel dia beranjak pergi.
Namun sebelum Adel pergi Ashel sedikit berteriak.
"Adel! Semangat ya aku yakin tim kamu pasti menang"
Adel berbalik dengan senyum sumringah, lalu dia melanjutkan langkahnya.
"Udah lama rasanya gak disemangatin, liat aja dipertandingan nanti gue bakal bantai semua lawan satu-persatu dengan atau tanpa adanya Azizi"
if the whole world leaves you, I will still be by your side,giving you the spirit to move on
***
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY A [END]✅
Fiksi RemajaAZIZI, ASHEL, ADEL, sahabat bukan sekedar sahabat✨ Bagaimana kisahnya? Let's read...