Bel pulang sekolah telah berbunyi, menandakan tanda berakhirnya semua pelajaran dihari ini.
Hari yang melelahkan bagi semua orang termasuk Ashel, dia berjalan tertatih sendiri di sekitaran koridor sekolah yang mulai sepi, tadinya Ashel mau pulang bersama Marsha tapi katanya Marsha ada kumpulan English Club, jadi mereka tidak jadi pulang barsama.
Di gerbang sekolah, Ashel sedang menunggu mobil yang akan menjemputnya pulang sekolah, tapi lama menunggu mobilnya tak kunjung datang.
Dia mulai kesal karena sudah lama menunggu disana, ditambah saat satu pesan terbaca diponselnya, dari mang Koko yang mengabari dia tidak bisa menjemput hari ini karena mobilnya mogok ditengah jalan.
Bosan menunggu, Ashel berjalan mulai mencari taxi dipinggir jalan sekolahnya, tapi tidak ada satu pun taxi atau angkot yang lewat dijalan itu.
***
Saat Ashel mulai pasrah, dia dikejutkan oleh suara motor yang tak asing didengarnya kemarin, benar saja ternyata itu suara motor ninja hitam milik Adel yang berhenti tepat disampingnya.
"Mau gue anterin pulang gak, Shel?" tanya Adel dari balik helm hitam.
"Emang boleh?" jawab Ashel memastikan.
"Bolehlah, asal harus bayar"
"Katanya kaya, masa gini aja itungan"
"Yang kaya itu bokap gue bukan gue, cepetan naik sebelum gue berubah pikiran"
Karena tidak ada pilihan lain, Ashel menerima tawaran Adel untuk pulang bareng menaiki motor itu, mungkin ini pertama kalinya dia menumpangi motor gede yang dari dulu bundanya selalu melarangnya dengan alasan bahaya.
Diperjalanan pulang, mereka tidak banyak mengobrol hanya suara bising motor yang terdengar, mungkin karena merasa canggung.
"Kemana Azizi, Shell?" teriak Adel ke arah belakang, dia memulai obrolan diatas motor itu.
"Hah"
"Zee kemana?"
"HAH APA"
"SAHABAT LO ITU KEMANA?"
"APA DEL! GAK KEDENGARAN"
Kini diatas motor mereka malah tampak saling berteriak tidak jelas kemana arah pembicaraan, sama-sama tidak mengerti namun tidak mau kalah berteriak.
Adel semakin mempercepat laju motornya, tak peduli seberapa ketakutan Ashel dibelakangnya yang mulai memegang pinggangnya erat saking takutnya.
Ashel melingkarkan tangannya ke pinggang Adel, jujur saat ini Adel merasa sangat senang atas perlakuan Ashel, dia teringat akan momen ini dengan seseorang.
Adel merasa pegangan Ashel semakin kuat dan membuatnya susah bernapas, dia pun dengan mendadak menghentikan motornya dipinggir jalan lalu Adel segera turun dari motornya, cepat-cepat dia melepaskan helm.
"Buset lo mau bunuh gue atau apa Shel? gue sesek napas woy" teriaknya kesal ke arah Ashel yang masih diatas motornya.
"Suruh siapa ngebut? Kamu kalo mau mati jangan ngajak-ngajak"
"Gila lo emang, udah turun dari motor gue!"
"Kok gitu sih? aku nangis nih disini"
"Nangis aja, gue gak peduli"
Ashel mulai menutup matanya dengan tangan berekting seperti seseorang yang hendak menangis, Adel yang melihatnya malah tertipu mengira Ashel beneran menangis, dia sedikit panik.
"Ehh woy jangan nangis! Gue beliin balon? atau mau es cream? elah bentar tunguin gue nyari dulu." Adel langsung berlari kocar kacir mencari barang yang dia tawarkan.
"Kena juga tuh orang dikerjain" batin Ashel riang.
Dirasa sudah cukup lama Adel pergi, Ashel turun dari motor dengan hati-hati, lagian ide jailnya ada-ada saja kalau mau ngerjain orang, ternyata ada juga ya manfaatnya Ashel bersahabat dengan Azizi, dia jadi pinter ngerjain orang haha.
Singkat waktu, Adel lalu datang dengan membawa dua buah es cream ditangannya, dia menatap Ashel dengan tatapan kesal karena tau dia baru saja tertipu oleh Ashel.
"Mana ada orang nangis gak ada bekas air matanya, atau jangan-jangan bidadari kalau nangis keluarnya berlian", batinya menghibur diri sendiri.
Ashel dengan cepat mengambil es cream itu ditangan Adel, tidak peduli akan raut muka Adel yang memerah, yang penting dia sendiri senang mendapatkan es cream.
"Makasih Adel, baik banget deh jadi suka" kata Ashel tersenyum lebar ke arah Adel.
"Hah ma madsudnya?" tanya Adel gelagapan.
"Iya suka es krimnya, enak banget!" balas Ashel yang fokus memakan es cream cup coklat itu.
Mereka berdua kini duduk dipinggir jalan raya, diatas batu besar datar yang mungkin sengaja diletakkan di sana.
Keduanya sibuk dengan es cream masing-masing yang dimakan dengan cepat, tunggu sepertinya Adel sudah tidak kesal lagi dengan Ashel, sekarang dia malah terlihat senang.
"Adel, dapet es cream ini dari mana?" tanya Ashel memulai omongan.
"Dari warunglah, disebrang sana ada" kata Adel sambil menunjuk.
"Ooh, kita nanti beli lagi yuk?"
"Kamu mau lagi ,Shel?"
"Enggak, bukan buat aku aku Del"
"Terus buat siapa?"
"Buat Zee."
Mendengar nama orang itu disebut, Adel seketika langsung berhenti memakan es creamnya, entah kenapa ada sedikit rasa kesal dihatinya saat nama orang itu disebut.
Adel berusaha menutupi raut wajahnya yang berubah, dia tak mau Ashel tau kalau dirinya tak menyukai orang yang mereka sedang bicarakan itu.
"Terus Zee sekarang kemana?" tanya Adel basa-basi.
"Dia lagi syuting film, Del"
"Waw, berapa lama syutingnya?"
"Katanya sih sebulan"
"Lama juga ya"
"Iya aku jadi sedih, karena bakal jarang ketemu dia, Del"
"Udah kamu tenang aja, kan sekarang ada aku yang bakal jadi temen kamu"
"Ahh beneran Del?"
"Iyaa, demi alek dah"
Ashel hanya tersenyum tipis, mendengar jawaban Adel, dia rasa Adel adalah orang yang baik, jadi siapa yang tidak mau menjadi temannya?
Adel sebenarnya gembira mendengar info tentang Zee, karena itu artinya ada kesempatan dia untuk lebih dekat dengan Ashel.
Tapi tunggu, bukannya tadi Adel selalu manggil lo gue ya, tapi ko sekarang ke Ashel jadi aku kamu, ada yang tau kenapa?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
STORY A [END]✅
Novela JuvenilAZIZI, ASHEL, ADEL, sahabat bukan sekedar sahabat✨ Bagaimana kisahnya? Let's read...