-05-

20 7 0
                                    


"Cantik nggak Jean??"
Tanya bunda Carla. Akhirnya ia selesai menghiasi wajah Jean setelah berkutat dengan beberapa make up. Senyumnya merekah seketika ketika melihat hasil yang sempurna.

Sambil melihat wajahnya di cermin, Jean tersenyum kaku dengan titik air mata yang ia coba sembunyikan dari ibunya. Kalo bukan karena penyakitnya, nasibnya sekarang pasti tidak akan seperti ini.
"Cantik;"
Jawabnya setelah beberapa saat terdiam.

"Bunda liat calon suami kamu ganteng banget loh, kamu pasti suka."
Ucap bunda Carla kegirangan namun tak kunjung membuat Jean semangat.

"Temen-temen Jean juga pada ganteng kok bun,"
Sangkal nya yang masih belum melihat wajah calon suaminya.

"Udah, tunggu dipanggil papah aja dibawah hm?"
Pinta lembut Carla yang hanya diangguki Jean dengan penuh kepasrahan.

"Nyonya, Tuan besar memanggil,"
Ucap salah satu pelayan setelah membuka pintu kamar Jean. Carla tersenyum senang, dan Jean hanya tersenyum miris sembari menatap dirinya di cermin, seakan ingin mengatakan "mampus" pada dirinya sendiri.

"Ayo sayang,"
Ajak bundanya lalu menuntun Jean berjalan kebawah. Penampilannya cukup feminim hari ini, dress biru calm selutut dengan rambut lurus sepunggung. Cantik. Itulah kesan yang ia dapat karena selama ini outfit andalannya hanyalah modelan tomboy.

Saat menuruni tangga, Jean masih tunduk menghindari tatapan calon suaminya. Ia belum siap melihat wajah laki-lakinya. Takut, dan gugup ia rasakan bersamaan saat ini. Seperti inikah rasanya di jodohkan? Rasanya clasic, karena nyatanya, perjodohan hanya ada di zaman dulu.

Saat sudah menuruni tangga, Jean akhirnya menoleh pada ayahnya dan calonnya, awalnya ia tersenyum paksa, namun senyuman palsu itu luntur seketika saat ia melihat orang aneh disisi ayahnya, langkahnya tiba-tiba terhenti saat itu juga.

"Zeyu???"
Monolog Jean heran walau sebenarnya suaranya dapat didengar semua orang di sana.

"Sena??"
Zeyu sendiri reflek berdiri dari duduknya.

Keterkejutan keduanya berhasil membuat bingung para orang paruh baya di sana.
Siapa lagi kalau bukan Carla, Alsenio, Aelfdence dan Miya.

"Mau ngapain lu ke rumah gw hah?!"
Sarkas Jean songong yang sebenarnya masih tidak tau kalo Zeyu adalah calon suaminya.

"Om jadi dia anak om? Gak ah gak jadi. Zeyu gak mau! Zeyu gak sudi nikah sama dia!"
Tolak Zeyu mentah-mentah mendapat hadiah saling tatap dari Al dan Aelf.

Jean diam tertegun. Jadi, inikah calon suaminya? Kenapa Jean tidak sadar? Ah sial, Jean bodoh sekali.

"Zeyu inget, kamu udah tanda tanganin kertas kontraknya jadi sekarang gak bisa nolak."
Peringat ayahnya Aelf.

"T-tapi pah-"
Zeyu terbata-bata, sulit sekali bicara jika kau berada dalam keadaan seperti ini.

"Kamu tenang dulu, ingetkan sama perjanjian kita kemarin? Turutin aja sampe tuntas, soal 1 T nanti saya transfer"
Ujar Al pada Zeyu, Zeyu pun duduk kembali setelah mendapat kode dari ibunya.

"10 hari lagi kalian nikah, kami berempat udah tentuin jadwalnya."
Ucap Tuan Aelfdence membuat keduanya diam membeku tak dapat bergeming. Siapapun tolong, bawa mereka pergi dari bumi!

"Kalian kalo mau ngobrol berdua silahkan,"
Ucap bunda Carla membuat Jean mencubit pinggang bundanya karena kesal.

Akhirnya kedua human itu pergi ke kamar Jean dilantai atas.

***

"Gw tau lu mau nikahin gw karena uang,"
Ucap Jean sembari berdiri menatap halaman rumah dari jendela, Zeyu sendiri diam membisu sambil menyandarkan dirinya pada pintu kamar dengan mata terpejam.

Us And Love ||Zeyu Lokal Ver.|| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang