๑'•. Janu Kesal

116 77 28
                                    

WARNING
Sebelum membaca dimohon untuk menekan tombol bintang dan jangan lupa memberi komentar positif juga !

WARNINGSebelum membaca dimohon untuk menekan tombol bintang dan jangan lupa memberi komentar positif juga !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

------


"Pelan bel, jalannya rawan" peringat Saka ketika gadis itu melangkah sambil memegangi tangannya.

Abel menuruti ucapan Saka karena takut melihat medan terjal dan jalan berlubang yang siap mengambil korban kalau mereka tidak berhati hati bahkan lengah sedikit saja, gadis ini sudah banyak menikmati keindahan alam desanya dengan perasaan sangat bahagia karena sebelumnya Abel hanya diam di rumah untuk menjaga sang ibu lalu jarang keluar selain ke sekolah.

Tiba tiba hal itu terjadi, Abel terpeleset saat kakinya menginjak satu jalan dan Saka yang melihatnya langsung mencekal pergelangan tangan kemudian memegang punggung perempuan tersebut secepatnya.

"Kau tidak apa apa?!" sentak Saka melihat Abel.

"T-tidak, tidak apa apa."

"Sembrono, kan sudah kubilang."
( sembrono artinya ceroboh )

Abel berusaha mengembalikan keseimbangannya kembali sambil dipegangi oleh lelaki itu sementara Saka perlahan melangkahkan kaki maju untuk menarik Abel menjauh dari titiknya sekarang namun malah 'melemah' hingga keduanya terdorong ke belakang.

Posisi badan Saka berada di atas seolah mengungkung Abel dengan tangan yang masih saling bertaut satu sama lain, deru nafas laki laki tersebut perlahan terasa mengenai wajah Abel hingga tidak bisa lepas dari saling adu pandang antara empat bola mata.

Manik mata indah warna coklat itu seperti ingin menyihir pandangan Saka setiap menatapnya dengan sayup angin yang terus melintas sementara keduanya masih dalam keadaan yang sama untuk beberapa saat sampai ada seseorang yang berteriak dari kejauhan.

"ABEL!"

Gadis ini reflek mendorong Saka hingga terjerembab lalu bangkit dari tanah sembari membersihkan pakaian, ia tak sadar kalau melakukan itu cukup lama hingga jantungnya nyaris berpindah tempat.

"Bodohnya aku" batin Abel.

Usut demi usut orang tersebut tak lain adalah sahabat Abel yaitu Janu yang kebetulan pria ini sedang dalam perjalanan menuju ke kebun milik ayahnya untuk memanen ubi lalu tidak sengaja memergoki Saka dan Abel dalam posisi tadi.

"J-jan? kok disini?" heran Abel sambil menatap wajahnya.

"Kamu ngapain tadi?"

"A-aku...." belum sempat Abel melanjutkan penjelasan Janu sudah melirik Saka dengan tatapan sengit.

"Siapa dia?! mau macam macam sama kamu?" bentak Janu malah terpancing emosi.

Raden SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang