๑'•. Witing Tresno

152 73 25
                                    

WARNING
Sebelum membaca dimohon untuk menekan tombol bintang dan jangan lupa memberi komentar positif juga !

WARNINGSebelum membaca dimohon untuk menekan tombol bintang dan jangan lupa memberi komentar positif juga !

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-------


"Bel, kamu kenapa?" tegur Rachel saat melihat temannya itu tengah memperhatikan sesuatu dengan tatapan kosong.

"Ha? t-tidak kok."

Abel kembali fokus ke depan dan sudah mulai banyak siswa di kelas yang berdatangan sampai pada bel tanda masuk berbunyi dengan lantang, sepuluh menit kemudian guru datang kemudian menyinggung tentang tugas kelompok kemarin dan Abel segera membahas bersama kelompoknya.

"Ke rumah Abel kapan?" tanya Dian pada tiga yang lain.

"Bagaimana kalau lusa?" saran Rachel.

Abel membatin soal Saka yang masih berada di rumahnya dan bagaimana kalau ketiga temannya ini tahu.

"Hei bel, kamu setuju kan?" ucap Ajeng membuyarkan lamunannya.

"I-iya setuju, pukul berapa?"

"Sepulang sekolah saja."

"Boleh, sudah sepakat ya?"

Setelah menemukan titik terang untuk pengerjaan tugas kelompok di rumah Abel lalu mereka membagi tugas dan mulai menyicil sekarang dengan tujuan untuk mempermudah di belakang nantinya, dua jam kemudian waktu istirahat tiba dan keempat gadis ini pergi ke kantin.

"Kalian mau makan apa?" tanya Ajeng si paling antusias kalau soal urusan perkantinan.

"Apa saja deh jeng" jawab Abel lalu mengambil piring beserta sendok.

Setelah mengambil menu makan sesuai selera masing masing Abel dan ketiga temannya menuju tempat duduk yang terletak di bawah pohon rindang.

"Bel, bagaimana biolamu? aku tidak sabar ingin memainkannya" tanya Rachel membuka obrolan.

"Sudah baik, nanti saja ya kalau longgar."

"Wah, terima kasih Abel!"

Abel tersenyum singkat lalu melanjutkan aktivitas makan siangnya hingga usai dan mendadak gadis tersebut melihat Saka berjalan sendirian memasuki kantin, laki laki ini mengambil makanan secukupnya dan duduk tak jauh dari jangkauan gadis gadis itu.

"Hai bung, apa kabar?" sapa Eric lalu mendekat pada Saka.

"Baik."

Raden SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang