๑'•. Payung

93 3 1
                                    

WARNING
Sebelum membaca diharapkan vote terlebih dahulu and comment
Happy Reading !

"Aku tresno karo kowe, nanging aku bisa apa?"( aku cinta padamu, tapi aku bisa apa? )

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku tresno karo kowe, nanging
aku bisa apa?"
( aku cinta padamu, tapi aku bisa apa? )

*****


Kedua insan di ruang baca tersebut sedang belajar dengan serius sambil sedikit merilekskan pikiran dengan menatap tumbuhan hijau di sekitarnya, Abel menyorotkan kedua mata tepat pada sebuah buku serta pulpen di tangan sementara Aksena sibuk membolak balik lembar demi lembar.

"Sudah baca materi yang ini?" tanya Aksena lalu menunjuk ke arah sebuah tulisan panjang yang ada di buku.

"Belum semuanya sen."

"Aku akan beri referensi tambahan jika kamu mau."

Abel berpikir sejenak, bagaimana laki laki yang belum lama ia kenal itu sudah banyak mengorbankan waktu, pikiran, serta tenaga hanya untuk dirinya.

"Tak usah repot repot" jawab Abel sungkan.

"Kita satu kelompok dan ini bentuk permintaan maafku karena hampir mencelakaimu waktu itu."

"Astaga, sudah kumaafkan sungguh."

Entah terbuat dari apa hati Aksena.

Tak terasa rintik hujan mulai jatuh dan serta bau tanah mulai menyeruak ditambah lagi aroma tumbuhan yang diterpa angin, keduanya serempak menoleh keluar serta turut bersukacita terutama laki laki tersebut.

"Aku suka bau ini, bau hujan" ujar Aksena.

"YA TUHAN, SEPEDAKU!"

Abel berdiri kemudian langsung berlari ke arah parkiran sepeda yang tak jauh dari ruang baca namun sayangnya parkiran ini tidak memiliki atap sehingga sepeda-sepeda yang ada di sana otomatis terkena air hujan karena tak ada pelindung. Aksena yang spontan panik dan tidak tega reflek ikut berlari dan menghampiri gadis itu.

Saat Abel sibuk meneduhkan sepeda tiba tiba dia dikejutkan dengan suara payung terbuka lalu melihat seorang laki laki bertubuh cukup tinggi berdiri di belakang, dia hanya menyisakan sedikit di pinggir untuk menutupi tubuhnya sementara Abel lebih banyak ruang.

"Sen jangan, nanti kamu bisa sakit kalau begitu."

"Tak apa, lagipula nanti kamu kehujanan."

Akhirnya Abel menuntun sepedanya perlahan lalu pria tersebut masih berjalan sambil memayungi mereka berdua. Setibanya di ruang baca keduanya langsung berteduh kemudian melepas sepatu masing masing karena takut mengotori lantai dalam, Abel merapikan tas terlebih dahulu karena dirasa sudah bosan belajar sementara Aksena masih berupaya mengeringkan diri dengan melepas rompi seragamnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 23, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Raden SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang