9. Keinginan sederhana.

94 16 2
                                    

Tandai kalo ada typo 🙏🥰

Eksel menghela napas kasar saat seorang anak laki-laki berusia lima tahun terus mendesaknya untuk menjadi kuda-kudaan untuk anak itu naikin.

"Gue gak bisa jadi kuda-kudaan lo, Ryan!!" Kesal Eksel sambil mengusap kepalanya frustasi karena Jefry sampai sekarang belum pulang, dan ia malah di suruh Jefry untuk menjaga anak satu-satu Jefry ini yang bernama Ryan.

"Ryan bilangin nih ke papi kalo abang gak mau!!" Jawab Ryan sambil memencet handphonenya.

"Jangan!! Oke, naik lo ke punggung gue, bocil setan emang" jawab Eksel kesal setengah mati, pasalnya Jefry sudah memberi Eksel uang yang banyak hanya untuk menemani Ryan seharian di rumah besar ini.

"Gitu dong, udah di gaji juga" jawab anak kecil itu dengan wajah songong sambil menaiki punggung Eksel yang sudah mengubah posisinya menjadi seperti kuda.

"Sok tau banget sih lo" jawab Eksel sambil mulai membawa Ryan berjalan, seolah-olah menjadi kuda Ryan.

"Yiha!!!" Ryan memukul pantat Eksel yang membuat Eksel menutup matanya sejenak sangking kesalnya.

"Setan emang nih bocil" maki Eksel dengan pelan sambil terus berkeliling membawa Ryan yang berada di atas punggungnya.

Setelah selesai bermain kuda-kudaan, Eksel dan Ryan duduk di sofa dengan Ryan yang meminum susu menggunakan botol berkarakter hello Kitty di cangkirnya, Eksel tersenyum setan untuk mengerjai bocil di hadapannya ini.

"Ih, anak cowok, tapi masih suka hello Kitty, kayak anak cewek" gumam Eksel sambil duduk di sofa tepatnya di sebelah Ryan.

Ryan membolakan matanya saat mendengar ucapan Eksel. "Papi bilang aja Ryan lucu kalo suka sama karakter hello Kitty" jawab Ryan dengan wajah songong.

"Haha, berarti papi lo ada kelainan jiwa" jawab Eksel tanpa dosa yang membuat Ryan mengerutkan dahinya.

"Kelainan jiwa itu apa?" Tanya Ryan tak mengerti.

"Papi mu g-"

Ucapan Eksel terhenti saat handphonenya bergetar tanda ada panggilan masuk, ia pun menghela napas saat membaca siapa yang menelponnya  itu.

"Apa? Lama banget lo, gue udah muak nih?!" Pekik Eksel sambil melirik Ryan dengan wajah malas.

"Gue pulang larut, lo jagain Ryan dulu, nanti uang bayaran lo gue tambahin dua kali lipat" jawab Jefry di sebrang sana yang membuat Eksel hanya bisa diam tanpa mau menolak juga.

"Yaudah deh, gue pegang omongan lo" jawab Eksel.

"Emang sejak kapan gue ingkar janji?" Tanya Jefry.

"Sejak saat itu" jawab Eksel, lalu langsung mematikan sambungannya.

Eksel menatap malas ke arah Ryan yang sedang asik menonton tv. "Ryan, tidur aja yuk, Abang ngantuk nih" gumam Eksel dengan lembut agar kali ini Ryan menurut dengannya.

"Enggak ah, Ryan mau nonton TV dulu" jawab Ryan dengan santai sambil bersandar pada sofa.

"Sialan nih bocah" maki Eksel dalam hati.

"Bang?" Panggil Ryan yang membuat Eksel langsung menatapnya.

"Apa?!" Ketus Eksel.

"Emm, Abang punya pacar gak?" Tanya Ryan yang membuat Eksel mengerutkan dahinya.

"Kenapa lo nanya gitu?" Tanya Eksel.

"Nanya aja, mana tau Abang jomblo, kasian banget sih" jawab Ryan yang membuat Eksel melotot horor.

No OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang