Chapter 22

7.5K 394 56
                                    

Mungkin aku terus tersenyum saat tidur semalaman. Aku tak ingat kejadian apa yang kami lakukan tadi. Ah Sudahlah, tak penting juga, hehehe, enaknya berasa gimana gitu. Malu ah, kalo mau diceritai lagi semalam kita ngapain, hmm..

Badanku terasa hangat, karena ada pelukan melingkar ditubuhku. Iya, Nando memelukku dari belakang. Tarikan nafasnya begitu teratur, dan saat dia menghembuskan nafasnya tubuhku sedikit bergidik karena tepat menyapu leherku.

Kupicingkan mataku, karena tempat ini begitu terang. Harus kuadaptasikan dulu penglihatanku karena sinar matahari sudah masuk ke penjuru kamar. Ku lirik jam dinding, ternyata sudah jam setengah dua belas siang. Ah, ga kebo banget kok kita, masih wajar kalo jam segini.

Kembali kulihat tangan yang melingkari perutku. Guratan otot di tangannya begitu menonjol, terbukti dia penggemgam yang erat. Bulu-bulu halus dan sedikit lebat yang tumbuh, terbukti bahwa semalam dia....ah lupakan.

Ku ambil tangannya dari perutku dan kubalikkan badanku kearahnya. Nando mengerang dan terbangun. Namun matanya masih terpejam. Tangannya juga tak lagi memelukku.

Kutatap parasnya yang rupawan. Tidur aja masih keliatan kece dan wajahnya terlihat damai saat terlelap.

"Ndo.." kupanggil namanya pelan dan tak ada sahutan.

"Nando.." kupanggil lagi dan kusentuh pipinya yang halus.

"Fernando.." suaraku masih parau saat memanggil namanya lagi. Kutepuk pelan dan akhirnya dia menyahut.

"Hmmrgghh." gumamnya.

"Ndo, bangun. Yok jalan. Uda siang nih." aku mencoba membangunkannya.

"Ermhghhhh.." dia tak rela dibangunkan.

Ku usap pelan pipinya dengan jemariku. Kutepuk lembut agar dia terbangun. Masih tak ada sahutan, kemudian ku pegang pundaknya dan ku goncangkan perlahan.

"Sayang, bangun dong. Kita kudu check out nih" ucapku. Sebenarnya aku agak geli ketika mengucap kalimat yang barusan ku katakan.

Akhirnya matanya terbuka perlahan dan melirik kearahku kemudian terpejam lagi. Lalu bibirnya melengkungan senyuman.

"Coba aku dipanggil lagi" pintanya dengan mata masih tertutup.

Sebenarnya aku tahu betul apa maunya. Dia ingin kupanggil sayang lagi tapi tak bakal kuulangi.

"Ogah ah! Ayo Ndo bangun! Uda siang nih. Kebo amat sih lu!"

"Aaarghh..disayang dulu akunya" jawabnya manja dengan mata yang masih terpejam.

"Nih disayang!" Kupencet hindungnya dan kugoyangkan secara membabi buta.

"Argghhtt!!!" Nando meronta.

~

Panas dan terik.

Suhu diluar sekarang cukup lumayan panas untuk membuat kaosmu basah karena keringat dan kembali kering lagi.

"Ndo, kalo kita kepantai sekarang kayaknya ga asik deh. Gerah gini, rada sorean aja gimana?"

"Iya, entaran aja mantai nya. Trus sekarang kita mau kemana?"

"Cari makan aja dulu, sekalian cari es apa gitu yang seger." Sahutku.

"Oke"

Kami keluar dari hotel dan mencari sesuatu yang bisa dimakan. Kami berjalan menyelusuri trotoar kota. Panas memang, tapi untung sepanjang trotoar banyak pohon yang rindang menjulang. Jadi lumayan kalo kena angin pas di bagian ketiak kan semilir gitu rasanya.

Sepanjang kami berjalan di trotoar, tangan Nando merangkul bahuku. Langkah kami mengayun beriringan. Senang rasanya, walaupun hanya berjalan berdua hatiku bahagia bila bersamanya.

Boy crushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang