Chapter 5

12.1K 409 9
                                    

Aku berjalan lunglai menuju kelas. Mataku berasa mengangkat barbel 5kg karena berat banget. Selama aku jalan udah tak terhitung berapa kali menguap. Bel sekolah berbunyi, murid murid lain pada sibuk lari ke kelasnya dan aku? jalan seadanya.

Ah anak muda sekarang semangat sekali bersekolah. Mungkin orang tua mereka memberi gizi yang cukup, dibina, dipupukin dan menjemur mereka dibawah paparan sinar matahari pagi setiap harinya.

Hooaah. Aku menguap lagi.

Sesampainya dikelas, suasana sudah ramai, mungkin tinggal aku yang terakir masuk kelas.

Aku menuju ke bangku ku dan anak baru itu sudah duduk ditempatnya. Aku merasa dia melihatku terus sampai aku duduk. Apa aku yang ge-er ya?

Aku menoleh kepadanya. Dia mengalihkan pandanganya secara cepat. Aku melepaskan tasku yang sedari tadi aku gendong. Aku menoleh ke dia lagi. Dan, ahaa! Dia kepergok saat dia menatapku. Dia mencoba melihat kedepan namun sudah terlambat.

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Engga, engga apa apa" dia melirikku malu.

Aku membiarkan dia. Kami diam lagi.
Ahh. kenapa aku harus satu meja dengannya?? maksutku, kenapa dia susah diajak komunikasi? apa gara-gara dia anak baru? Apa aku kurang ramah padanya? Ah, perasaan aku uda nanya duluan terus.

Aku mencoba untuk mengamatinya diam-diam. Dia memang tak banyak gerak. Yang dia lakukan cuma asik dengan hp nya. Kalo sepenglihatanku sih, seperti nya dia lagi asik chat.

Mau nanya, tapi kok kayaknya aku mencampuri urusanya. Mau basa basi tapi jatuhnya malah terlalu kepo. Ga nanya tapi kok kaku kaya gini. Mau sampe kapan? Aku diem, dia juga makin diem.

Yaudahlah. kuputuskan untuk menghilangkan gengsiku biar keadaan kaku kaya gini ga awet sampe aku naik kelas.

Pelajaran telah dimulai. Aku lagi ga semangat buat belajar. Emang tiap hari semangat? hahaha
Udah beberapa kali aku menganti posisi duduk ku dan tanganku juga secara bergantian menopang kepalaku. Dari tadi kok aku nguap terus sih?

Kulirik Nando. Dia terlihat lebih fresh ketimbang aku. Posisi duduknya tegap dan ga banyak nguap kaya aku. Tapi yang ku tau, pandangan matanya beda, dia terlihat bosan.

Kelas kami tenang. Bahkan dibilang sangat sunyi hanya terdengar ocehan guru aja. Itu karena anak-anak tak berbicara satu sama lain. Jika mereka ketauan ngobrol, mereka akan dihukum untuk muterin satu gedung kelas ips.

Wajar mereka tenang. Karena guru yang lagi ngoceh panjang lebar terbilang sanggat killer. Pak Hari namanya. Dia kalo marah bentaknya sih dikit, tapi sanksinya itu yang ngerepotin. Dan Pak Hari sukanya nyindir, sindiran nya itu yang menusuk sampai ke dalam kalbu. Dari pada kena hukuman dan disindir mulu tiap pertemuan. Mending kami jadi anak nurut dulu untuk pelajaran ini.

Bel isitirahat bunyi. Suara bel istirahat bagaikan melodi surgawi bagi kami.
Murid lain yang daritadi nahan bicara akhirnya bernafas lega. Akhirnya pelajaran Pak Hari selesai. Beliau mengucap salam dan lsngung keluar kelas.

Gila boring banget. Udah nakutin, kalo ngelucu garing pula. Kalo diajar sama Pak Har, waktu itu serasa berjalan sangat lambat. Yaa, kaya jam dinding kehabisan batreinya.

Murid lain juga pada beranjak dari tempat duduknya. Aku melirik Nando, Dan dia lagi-lagi asik sama hp nya.

"Ndoo?" panggilku. Dan akhirnya dia nengok sekali panggilan.

"Apa?" jawabnya.

"Ke kantin yuk, makan." ajak ku seramah mungkin.

"Hmm, engga deh. Gue mau dikelas aja" akhirnya dia ngomong.

Boy crushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang