Semua yang kurasakan begitu memabukkan. Apa ini mimpi? Apa semua hanya ilusi? Ku ingin memastikan bahwa ini nyata. Dekapan hangatnya membuatku ingin menghentikan waktu. Ciuman lembutnya membuatku ingin terus disentuhnya. Sekali lagi, aku tak sedang bermimpi kan?
Semua sentuhan yang menjalar di setiap sudut tubuhku terasa begitu nyata. Lembut, hangat, dan penuh gelora membuatku terus ingin didekapnya.
Kubuka mataku perlahan dan ini memang nyata. Seorang pemuda tampan yang sedang berada diatas badanku dan mencium bibirku. Sangat dekat hingga hidung kami bersentuhan. Mata indahnya terpejam, terlihat ada hasrat menggebu disana.
Nando makin menggerakkan lidahnya dan membuatku tak bisa mengimbanginya. Permainan bibirnya membuatku menutup mata lagi, sungguh dia begitu pintar membuatku ketagihan dengan bibir manisnya yang kenyal dan lembut. Desiran angin hangat dari hembusan nafasnya menyapu pelan kulit tipisku. Nafas berat kami saling berirama.
"Hmpphh..." kucoba untuk menghirup nafas. Oksigen makin menipis karena ciuman dashyat yang Nando berikan.
Ketika aku sedikit bersuara karena mencoba bernafas, dia tak seperti tak memberi ampun. Dia makin menindihku, menggerakkan badannya untuk bersentuhan denganku dan mempercepat gerakan lidahnya. Dia begitu bersemangat mencumbuku.
Kepalanya masuk ke samping leherku, menciumnya lagi dan akupun mengerang perlahan. Begitu nikmat rasa yang dia berikan. Saat tangannya membelai dadaku, turun keperut dia menyentuhnya pelan dan kemudian perlahan tangannya masuk kedalam bajuku hingga kulitku dapat merasakan hangat telapak tangannya. Perutnya makin menempel diperutku. Salah satu kakinya berada diantara kedua pahaku. Aku mengerang kecil dan mendesah pelan. Dia memajukan badan nya dan masih menciumi leherku.
Kedua tanganya tak tinggal diam, tangan kirinya memegang leherku dan tangan kanannya mengusap lembut dadaku. Tubuhku meronta tak tahan dengan sentuhannya. Dapat kurasakan Nando mulai bergairah mencumbuku. Dibalik celananya sesuatu makin lama makin mengeras saat bersentuhan dengan pahaku.
Tubuhku menggelinjang kegelian, sentuhannya membuat kulit tipisku tak sanggup dibelainya. Makin lama tangannya makin naik keatas. Namun..
drrtttt....drtttt..drrttttt.....
drrtttt...drrttttt... drtttttt....
Mataku sontak terbuka, mencari tau dimana asal suara yang familiar terdengar. Ternyata asalnya dari ponselku.
Sial.
Siapa sih yang nelpon pas aku lagi berbuat enak gini?! Ganggu aja!!
Ponselku yang berada diatas meja disamping kasur bergetar hebat. Walaupun nada deringnya tak kuaktifkan, namun dari getarannya aku sudah paham betul bila ada panggilan masuk. Getaran dari ponselku belum berhenti, bahkan semakin keras. Berisik.
drrtttt...drrttttt... drtttttt....
Kami berdua serasa ter'pause. Tubuh kami mematung dan suara getaran dari ponselku masih terdengar.
"hmm..Ndoo.." kupegang bagian atas dadanya dan mengisyaratkan untuk dia sedikit menjauh dari badanku. Mata kami saling melihat dan terpaksa permainan harus dihentikan. Walaupun tubuhku masih menikmati ciumannya, tapi terpaksa harus berakhir. Aku membatin jengkel.
Tubuh Nando menjauh dan langsung ia rebahkan disamping kasur. Ku dengar dia menghela nafas panjang.
Aku bangkit dari kasur dan langsung mengambil ponselku. Terlihat dari layar ternyata ibuku yang menelpon. Aku lupa kalo belum menelponnya hari ini padahal aku sudah pamit sebelumnya. Kenapa sih, ga nanti-nanti aja nelponnya!? Geramku dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy crush
HumorBoyxboy, bromance dan sejenisnya. Kisah antar remaja yang memiliki keterikatan satu sama lain dengan rasa yang sama namun cara yang berbeda dan mereka menikmatinya.