Chapter 6

11.3K 385 17
                                    

Kuberanikan diri untuk mendekat.

"Tolongg bukain!! gue ke kunci!!" katanya makin keras.

Suaranya ga asing nih.

"Iyaa yaa.. bentar.." kataku sambil mendekat ke bilik yang tertutup. Sementara tu penghuni bilik masih gedor gedor pintu secara membabi buta.

"Minggir lu! jangan diblakang pintu! mau gue dobrak nih." perintahku.

Aku mengambil posisi untuk bersiap menendang. Ku fokuskan tenagaku ke kaki dan..

Braakkkkk!!!
Pintunya kebuka.

Aku meliat Nando lagi dipojokan dengan wajah cemas, namun akhirnya dia lega.

"Ternyata elu?" Dugaanku benar.

Dia langsung buru-buru keluar. Wajahnya masih panik. Dahinya berkeringat hebat, dan nafasnya tak teratur.

"Ahhhh untung ada elu!! makasi ya!" ucapnya tersengal sambil menepuk pundak ku.

"Kok lu bisa ke kunci sih? Bukanya tadi lu beli minun?" tanyaku.

"Iya gue uda beli minum, tapi pas mau balik perutku tiba-tiba mules gara-gara keripik pedes tadi. Ehh, malah gue kekunci. Gagang pintunya lepas, gimana gue bisa keluar coba, mana tadi gue teriak-teriak sampe ni tenggorokan udah mau putus" katanya sambil kembali mengatur nafas.

"Lu kan bisa nelpon?" kataku.

"Hp ku, gue tinggal dikelas. Lagian mau nelpon siapa. Orang gue ga punya nomer lu." sahutnya.

"Lu kan tinggi, kenapa ga manjat aja?" tanyaku lagi.

"Eh, iya ya...hahaha.!!... gue keburu panik jadi ga sempet mikir. hahaha!" Jawabnya cengengesan.

Dasar bocah ga punya pikiran. Badan aja tinggi, tapi otaknya pendek. Untung lu cakep. Jadi ga klitan tololnya.

Kami kembali ke kelas. Tugas yang diberikan tadi dijadikan untuk PR dan dkumpulkan minggu depan.

Akhirnya waktunya pulang. Aku membereskan barang-barangku dan keluar kelas. Aku mendengar Nando memanggilku tapi aku sengaja tetap terus jalan. Ditepuklah pundak ku.

"Sam!, Dipanggil kok ga nengok sih?" katanya.

Dia menyebelahiku. Dan tangannya merangkulku sehingga dapat ku cium aroma tubuhnya. Walaupun cuaca panas gini ditambah dia keringetan, kok dia masih wangi sih? gue aja uda ngerasa kecut.

Wangi cool musk nya dapat ku cium. duhh, kira-kira bau kecutku kecium juga ga ya?

"Kenapa ndo?" tanyaku. Sebenarnya aku sedikit risih sama moment kaya gini. Karena kita baru aja deket, dalam artian dia berubah jadi ramah dan ga kaku lagi.

Aku mencoba membiasakan diri. Kasian juga dia ga punya temen, mungkin gue temen pertamanya dia disini.

Gimana ga dapet temen. Orang dia sombong dan cuek banget. Padahal banyak mau deket sama dia, terutama para cewek-cewek.

"Makasih ya buat yang tadi, kalo ga ada elu mungkin gue uda nginep di wc sampe besok. Hehehe. " candanya tapi ucapanya tulus.

"Eh, nomer hp lu brpa? Kali aja kalo gue ke kunci lagi, gue bisa nelpon elu. Hahaha". katanya cengengesan.

Ku sebutkan nomorku padanya. Dia melepaskan rangkulanya dan langsung mengetik di hpnya.

"Rumah lu dimana? Gue anter ya. Ehh aduh gabisa ding!" dia menepuk jidatnya pelan teringat sesuatu.

"Gue kudu jemput pacar gue juga nih, lain kali aja yaa! dahh." katanya sambil berlalu dari ku.

Oh uda punya pacar juga ternyata. Kulangkahkan kakiku menuju rumah.

Boy crushTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang