Bibir tipisnya menyentuh pipiku. Tak lama memang, tapi itu cukup membuatku ter'pause seketika. Badannya terpancar hawa hangat, aku bisa merasakan itu.
Sapuan nafasnya menerpa pipi kananku. Aroma coolmusk dari tubuhnya langsung tercium. Tiba-tiba kedua pipiku memanas, pandanganku kosong dan tak berkedip.Salahku memang karena terlalu fokus dan dekat dengan lukanya. Dia memajukan badannya sedikit saja sudah bisa mencium pipiku.
Tapi gara-gara dia juga sih! kenapa minta ditiupin terus. Rasa kesalku muncul, karena dia menciumku tanpa permisi. Kini pipiku yang berharga telah dinodai oleh bibirnya.
Kumundurkan badanku dan sedikit menjauh darinya. Karena tanganku masih memegang salep, aku mengelap pipiku dengan lenganku."Kok lu nyium gue sih!" bentakku.
"Hehehe..itu rasa terimakasih gue ke elu." cengirnya.
"Tapi gausa pake nyium segala! risih tau dicium sama elu!" kataku yang masih sibuk mengelap bekas ciumannya.
"Habisnya gimana dong, mau bilang makasih pake salaman tapi tangan gue aja masih sakit buat digerakin."
jawabnya ngeles.Aku sudah malas berdebat dengannya. Dia punya seribu alasan untuk mengalahkan argumenku. Kutatap dia dengan pandangan kesal. Dia malah senyam-senyum kegirangan dan ketawa.
"Hahahaha, gue ga tahan liat pipi lu yang montok, rasanya gemes kaya pipi bayi." candanya.
"Montok jidat lo!!!" kupencet plester di dahinya.
"Arghhhhh!!!" rintihnya kesakitan
Kubereskan obat merah dan segala macam nya kemudian aku beranjak dari tempat tidur. Ku tinggalkan Nando sendiri, sementara ia masih kesakitan memegang kepalanya.
Saat aku keluar dari kamarnya, ku lihat matahari sudah makin tenggelam. Sebentar lagi magribh.
Aku teringat bahwa Nando belum makan lagi. Terakhir dia hanya sarapan nasi goreng bersamaku saat istirahat. Mending sebelum pulang aku carikan makan dulu untuknya.
Sedikit tak mudah untuk mencari makan disini. Maklum perumahan orang berada jadi aku harus keluar komplek dulu baru bisa dapat makanan. Untung didepan komplek ada warung bakso jadi aku tak perlu jauh-jauh mendapatkan makanan. Setelah membeli bakso aku mampir ke minimarket sebentar dan kembali kerumah Nando.
Sesampainya dirumahnya, aku langsung menuju dapur mengambil mangkok beserta sendok. Lalu naik lagi kekamarnya. Lumayan capek juga ternyata kalo jalan kaki. Kulihat dia sedang menelpon sesorang tapi tak tersambung. Mungkin dia menelpon Sandra. Raut wajahnya nampak sebal karena panggilannya selalu tak terjawab. Aku mendekatinya dan dia melihatku.
"Elu kemana aja sih Sam?! naro kotak obat aja lama banget!" rasa kesalnya dilimpahkan kepadaku.
Aku tau dia khawatir soal Sandra karena beberapa hari ini dia tak mendapatkan kabar dan aku memakluminya.
"Gue nyari makan buat elu tadi."
Kutaruh semua barang bawaanku ke meja sebelah kasurnya. Ku buka plastik baksonya dan kutuang ke mangkok. Aku berasa seakan mempunyai anak bandot yang rewel serta menyebalkan dan aku harus mengurusnya. Oh damn!
Mungkin ini latihan untukku agar menjadi calon ayah yang baik dan bertanggung jawab untuk anak-anakku kelak. Kuhibur diriku sendiri dalam hati sembari menghela nafas panjang."Nih! gue uda beliin bakso buat elu. Lu bisa makan sendiri kan?" kusodorkan mangkok itu kepadanya.
"Ya disuapin dong! tangan gue kan lagi susah digerakin."
"Tapi tangan kiri lu kan ga kenapa-napa!?"
"Gue gabisa makan pake tangan kiri, dari pada tar malah tumpah semua, elu mau bersihin??!" sergahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boy crush
HumorBoyxboy, bromance dan sejenisnya. Kisah antar remaja yang memiliki keterikatan satu sama lain dengan rasa yang sama namun cara yang berbeda dan mereka menikmatinya.