Part 8 : Patah Hati

334 52 4
                                    

Aku berjalan keluar kelas ku dengan lesu. Sejak semalaman aku menangis layaknya wanita yang dicampakkan, hari ini pun mood ku tak kunjung membaik.

"Hey, bro! Kenapa berwajah suram seperti itu?" Aku menghela nafas mendengar pertanyaannya. Sungguh, aku tidak ingin berbicara sama sekali.

"Kita sudah lama berteman. Jika memang ada masalah, kau bisa berbaginya dengan ku.." Max merangkul pundakku dan sesekali menepuknya.

Saat sampai dikantin, aku mengambil minuman dingin dan membayarnya, lalu duduk dipojokkan kantin. Ku lihat Max membawa sepiring nasi dan minuman, lalu duduk didepanku.

"Ao, kau tidak makan siang?"

"Aku belum lapar.."

"Serius! Coba kau sekarang ceritakan saja masalah mu. Aku janji tidak akan bertanya macam-macam. Siapa tau aku bisa memberi solusi.." aku menghela nafas lagi. Menaruh wajahku diatas tas ku.

"Menurut mu, jatuh cinta itu seperti apa.."

"UHUK! UHUK!" Aku mengangkat wajahku saat mendengar Max tersedak makanannya lalu ia minum air minumnya.

"Dari pagi kau berwajah kusut karena sedang jatuh cinta?" Tanya Max dengan raut tak percayanya.

"Sudahlah. Sebaiknya aku tidak bercerita.."

"Hei hei. Aku hanya terkejut tadi. Coba ceritakan lebih jelasnya. Kau sedang jatuh cinta?" Kedua tangan Max menggenggam tanganku seolah memberiku kekuatan untuk menceritakan masalahku. Well, kita tahu sendiri kan Max tipe manusia kepo yang tak akan menyerah sebelum rasa penasarannya terpuaskan.

"Mungkin. Aku juga tidak tahu.."

"Jangan bilang kau suka si Nine, anak Teknik!" Tuduhnya.

"Tentu saja tidak!" Elakku.

"Lalu siapa?"

"......" tidak mungkin kan aku bilang Dr Boun. Max akan banyak bertanya tentang bagaimana aku bisa jatuh cinta pada Dr Boun.

"Baiklah jika kau tak mau bilang siapa orangnya. Lalu kenapa kau jadi banyak pikiran seperti ini? Apa dia menolak mu?"

"Tidak menolak sih, tapi apa aku ditolak ya. Aku tidak tahu.."

"Astaga! Coba ceritakan dengan benar.."

"Intinya.. Dia selalu menolongku dan tiba-tiba selalu ada didekatku. Dia memintaku untuk menjauhi orang lain tapi juga menjauhinya.. argh! Entahlah.." aku mengacak rambutku lalu menaruh wajahku diatas tasku lagi.

"Daripada kau stress seperti ini. Lebih baik kau tanyakan langsung, apa dia menyukaimu atau tidak!" Aku diam saja mendengar nasehat Max.

Apa memang aku harus tanya ya? Tapi bagaimana jika Dr Boun bilang dia tidak menyukaiku? Nanti aku patah hati lagi. Tapi kalau dia bilang suka pada ku, apa yang akan ku lakukan? Dia kan Vampire dan aku manusia. Lagipula Dr Boun pernah bilang jika ini dunia nyata, bukan cerita cinta novel picisan.

♧♧♧♧♧

Setelah kelas selesai, aku memutuskan untuk menuju kekediaman Dr Boun. Sejujurnya aku masih takut untuk melewati hutan tapi tidak ada jalan lain. Aku tidak tahu nomor ponsel Dr Boun dan juga aku sudah keliling kampusku dan tak menemukan sosok Dr Boun sama sekali.

Aku hanya ingin meminta penjelasannya dan mungkin aku akan berterus terang tentang perasaanku. Aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya, jadi aku ragu apakah tindakan ku ini sudah benar atau belum. Tapi katanya, cinta itu harus diutarakan agar tidak menyesal dikemudian hari.

LONELY VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang