Disepanjang perjalanan, aku hanya diam saja. Dr Ohm pun tidak mengeluarkan suaranya. Aku menatap keluar jendela dengan pandangan sendu.
"Tunggu sebentar. Aku ingin membeli sesuatu, Prem ingin titip sesuatu?" Aku menggeleng pelan tanpa melihatnya. Rasanya tenaga ku terkuras habis hingga menyebabkanku sulit mengeluarkan suaraku.
Didalam lamunan ku, aku masih memikirkan, siapa wanita Vampire tadi? Jika memang benar, dia kekasih Dr Boun, berarti selama ini aku terlalu percaya diri jika Dr Boun berada didekatku karena memiliki perasaan yang sama.
Seingatku, memang aku yang lebih dulu mendekatinya. Jika rasa penasaranku tidak membuatku masuk ke hutan dan akhirnya Dr Boun menolongku, mungkin sampai saat ini kita hanya dua orang yang tidak saling mengenal.
Lalu kenapa dia marah bahkan mengukutiku saat aku berada di apartemen Dr Ohm? Ternyata pola pikir Vampire sangat rumit ya. Otak pas-pas an ku tak sanggup memecahkannya.
Tapi yang pasti, aku harus menjaga jarak dengannya. Selain aku tidak ingin dianggap merepotkan, aku juga tidak mau berurusan dengan kekasihnya. Cintaku hanya bertepuk sebelah tangan.
"Prem, sini ku bersihkan luka mu.." tanpa sadar Dr Ohm sudah kembali dengan beberapa kresek ditangannya. Aku sudah tidak ada tenaga lagi untuk menolak, jadi ku biarkan saja Dr Ohm merawat lukaku.
"Auchh.." aku meringis pelan saat perihnya betadine menyentuh lukaku. Sesekali Dr Ohm meniupi lukaku setiap kali aku meringis.
"Sudah. Setelah ini luka mu tidak akan jadi infeksi.."
"Terimakasih kak.."
"Kau sudah tau jika Dr Boun Vampire ya?" Aku mengangguk pelan.
"Lalu kenapa kau tidak menjauhinya?" Tanyanya lagi dan membuatku terdiam. Tidak mungkin kan aku bilang aku jatuh cinta pada Dr Boun, nanti dia jadi tahu jika aku patah hati.
"Kak Ohm.... Emm... W-werewolf?" Tanyaku ragu. Tiba-tiba saja adegan dimana Dr Ohm berubah menjadi Werewolf membuatku bergidik ngeri.
"Jika iya. Apakah Prem takut padaku?" Aku menganggukan kepala ku pelan.
"Hahhh.." Dr Ohm menghela nafas panjang. Lalu mendekatkan wajahnya kewajahku lalu mengelus pelan pipiku dengan ibu jarinya.
"Prem takut padaku karena aku Werewolf, tapi Prem tidak takut pada Dr Boun yang seorang Vampire. Jujur, aku jadi patah hati.." raut wajah Dr Ohm berubah menjadi sedih. Ia hanya tersenyum tipis setelah berkata demikian, membuatku menjadi merasa bersalah.
"Apa aku tidak sebaik Dr Boun ya?" Tuh kan. Aku jadi semakin merasa bersalah. Aku tidak bermaksud berkata jika Dr Ohm tidak baik, hanya saja kejadian tadi benar-benar membuatku shock. Bagaimana bisa semua film Twillight yang terpaksa ku tonton berkali-kali karena ulah adikku, kini semuanya menjadi kenyataan. Kalian juga pasti akan terkejut kan?
"B-bukan seperti itu. Aku ha-hanya terkejut.."
"Tidak apa. Aku hanya ingin Prem tahu, jika aku tidak akan menyakiti Prem dan muli sekarang aku akan melindungi Prem. Untuk itu aku mohon, jangan menuju hutan itu lagi, aku tidak bisa menolongmu jika kau berada disana.." ucap Dr Ohm dengan nada lembut lalu mulai menjalankan mobilnya lagi. Perjalanan kami masih setengah jalan lagi.
"Hmm. Anu.. apakah tadi memang wilayah Vampire?" Dr Ohm mengangguk.
"Sesungguhnya kami memiliki batas wilayah masing-masing dan dilarang untuk memasuki kawasan yang sudah ditetapkan. Hanya saja tadi aku begitu kaget saat mengikutimu. Aku pikir kau tersesat hingga masuk ke hutan itu.."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY VAMPIRE
VampirePrem, seorang mahasiswa kedokteran tanpa terduga harus bertemu dengan tokoh fiksi yang selalu diceritakan oleh adik perempuannya. Seorang pria dengan kedua bola mata berwarna merah darah pekat, kulit putih pucat dengan rambut berwarna keabu-abuan it...