Part 11 : Pertandingan

301 27 5
                                    

Hari ini aku terpaksa ikut latihan sepak bola, karena temanku, Max berkata "Nilai kita tidak akan keluar akhir semester ini jika tidak ada diantara angkatan kita yang ikut berpartisipasi dalam turnamen sepak bola antar fakultas.."

Aku bukannya tidak suka sepak bola sih, hanya saja aku malas bergerak. Apalagi harus panas-panas dibawah terik matahari. Apa daya aku masih terlalu junior untuk menolak ajakan seniorku dan takut juga sih saat dibilang nilai semesterku tidak akan keluar nantinya.

"Hai Prem.." aku menghentikan kegiatan mengikat tali sepatuku dan menatap pria yang memanggilku. Aku menggerutu dalam hati, aku baru ingat jika hari ini latihan dengan fakultas teknik dan pastinya ada Nine ditimnya.

"Hai Kak.." balasku dengan kikuk.

"Bagaimana kabarmu hari ini Prem?" Terdengar basa-basi sih ditelingaku.

"Hari ini Prem sangat baik kak.. Kami pemanasan dulu ya.." Bukan aku yang menjawab tapi Max. Temanku ini benar-benar penyelamatku. Aku hanya tersenyum simpul menanggapi Nine dan membiarkan Max mendorong punggungku menjauhi Nine.

Aku dan Max berlari beberapa putaran sebagai pemanasan sebelum pertandingan mulai. Disekitar lapangan, ku lihat banyak sekali orang-orang yang datang. Mereka membawa banner dan pom pom. Padahal hari ini hanya latihan, kenapa juga harus banyak penonton yang hadir.

Tanpa sengaja ekor mataku melihat sosok Dr Boun yang tengah berdiri bersender pada pohon besar. Aku tersenyum lebar kearahnya dan Dr Boun mengedipkan sebelah matanya padaku. Wajah ku memerah layaknya wanita yang sedang malu-malu digoda prianya.

PRITT

Suara peluit wasit membuatku segera berlari kearah tim ku berada. Kini kami berhadap-hadapan dengan tim lawan.

Suara sorai-sorai semakin keras terdengar, telinga ku sakit sekali mendengar pekikan histeris penonton yang menyebut nama-nama pemain dari fakultas teknik.

Tidak bisa disalahkan juga sih, rata-rata anak teknik memiliki wajah tampan dan tubuh yang kekar seperti postur tubuh atlet. Sementara tim kami, hanya seniorku, Andy dan Ming saja yang postur tubuhnya bisa mengimbangi mereka.

Aku bahkan terlihat kecil sekali dihadapan Nine. Sungguh diriku tidak bisa menarik perhatian para wanita seperti anak-anak fakultas teknik dihadapanku ini.

Setelahnya kami berjabat tangan lalu memulai pertandingan.

Fokusku teralihkan saat tiba-tiba suara teriakan histeris menggema dari arah tempat duduk supporter fakultasku. Dr Ohm datang dengan pakaian casual dan kacamata hitamnya lalu duudk dibangku supporter, diantara wanita-wanita yang memekik histeris karena kedatangannya.

Bahkan suporter dari tim lawan juga terkesima dengan kharismanya. Mungkin jika Dr Ohm yang menjadi pemainnya, suporter tim lawan akan mendukung Dr Ohm.


♧♧♧♧♧


Pertandingan selesai dan tentu saja kami kalah. Teknik bermain bola dan stamina anak teknik ku akui sangat luar biasa. Jika kami bermain seperti hari ini sudah pasti kami akan kalah pada turnamen nanti.

Setelah mendengar beberapa wejangan dari pelatih dan juga kaptenku, aku bergegas berlari kearah kamar mandi. Aku benar-benar kebelet sejak tadi. Setelah selesai dan keluar dari toilet. Aku terkejut melihat Nine berdiri dihadapan ku. Apa dia menunggu ku tadi?

"Prem. Apa kau terluka?" tanya Nine. Aku mengerutkan dahiku untuk berfikir.

"Maaf ya tadi kami agak kasar.."

"Oh ya, aku tidak apa-apa kak.." Kalau diingat-ingat memang mereka semua tadi bermain cukup kasar. Aku beberapa kali terjatuh dan dengkul ku sampai lecet.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LONELY VAMPIRETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang