Fiksi, sesuatu imajinasi manusia yang tidak akan pernah ada didalam dunia nyata, tidak pernah ada dalam sejarah maupun ilmiah. Tapi aku tidak mengerti mengapa adik perempuanku begitu terobsesi dengan cerita-cerita fiksi yang penuh dengan adegan romantis.
Sebut saja, Twillight, cerita karya Stephenie Meyer dimana didalamnya terdapat kisah cinta antara si VampireㅡEdward Cullen dan manusiaㅡBella Swan yang sangat tidak masuk akal yang hampir ia tonton berkali-kali dalam tiga bulan ini. Aku bahkan hampir hafal semua adegan-adegan yang akan terjadi selanjutnya.
Aku tidak ingin menontonnya hanya saja didalam rumahku hanya ada satu TV dan akhir-akhir ini aku selalu mengalah agar adikku dapat menonton film Twillight kesukaannya.
"Kak Prem, jika aku adalah Bella Swan, aku bahagia sekali jika bisa menikah dengan Vampir seperti Edward Cullen.." aku memutarkan kedua bola mataku mendengar ucapan hiperbolanya seraya memandang penuh cinta pada layar TV.
"Apa bagusnya Vampir itu? Lebih baik aku memilih Werewolf seperti Jacob Black. Lihat betapa kekar tubuhnya!" Celetukku.
"Ish. Dasar tidak mengerti selera wanita.." balasnya.
"Ya tentu saja aku tidak mengerti, aku ini kan seorang pria.." tak ada balasan lagi darinya. Adikku sekarang sedang terbawa suasana oleh adegan dimana Bella Swan yang berusaha menyelamatkan Edward Cullen yang hampir menampakan dirinya ditengah keramaian.
"Prick,, Jangan tidur terlalu malam, besok kan kamu sekolah..."
"Eu..."
Tanpa menunggunya lagi, aku beranjak dari sofa menuju kamarku. Sebelumnya aku merapikah dahulu novel-novel Twillight milik Prick yang hampir ku injak. Untung buku itu baik-baik saja, jika sampai rusak, aku yakin adikku akan mencekiku hingga mati kehabisan nafas.
Meski terlihat anggun dan lemah lembut, jika ia marah, ia terlihat lebih menakutkan dari seorang Thanos. Ibuku menuruni banyak sifatnya pada adikku.
Ngomong-ngomong, aku serius saat bilang lebih memilih Werewolf dibanding Vampire. Entah mengapa aku tidak suka saja dengan mahkluk berdarah dingin itu. Bagaimana bisa Bella Swan jatuh cinta pada seorang Vampire? Padahal jelas-jelas Vampire itu membuat banyak masalah pada hidupnya.
Tunggu dulu, sepertinya aku terlalu sering menonton fiksi hingga sekarang aku pun harus berdebat tentang masalah Vampire dan Werewolf yang sama sekali tidak penting.
Setelah mematikan lampu kamarku, aku mulai menyelimuti tubuhku dan berusaha memejamkan mata agar dapat tidur lebih cepat. Besok pagi pukul delapan, aku harus sudah sampai dikampusku. Jika aku terlambat, dokter Jessiㅡdosen Anatomiku akan mengusirku keluar dari kelasnya.
♧♧♧♧♧
"Dokter Warut Chawalitrujiwong?" Aku tersentak saat dosenku memanggil namaku. Lagi-lagi aku terbengong didalam kelas dan sial ya ketahuan oleh dosenku. Dosen wanita yang usianya hampir 70 tahun ini mengangkat salah satu bagian tulang kepala manusia dan memberinya padaku.
"Sebutkan bagian-bagian dari tulang tengkorak yang anda pegang dan tujukkan pada saya dimana letaknya.." aku meneguk ludahku dengan susah payah. Jujur aku paling membenci pelajaran anatomi dan sulit sekali menghapal semua ini. Aku melirik kearah temanku, Max dan dia hanya bisa menatapku dengan khawatir.
"Os frontale, os parietale, os ocipitale, os temporale..." aku mulai berfikir keras untuk menjawab bagian-bagian lainnya. Aku hanya hafal bagian-bagian besarnya saja. Setiap garis, lekukan, bahkan bolongan pada tulang ini memiliki nama, dalam hati aku menggurutu, siapa sih orang yang tidak memiliki kerjaan sehingga menamai semua garis-garis dan lekukan tidak penting ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY VAMPIRE
VampirePrem, seorang mahasiswa kedokteran tanpa terduga harus bertemu dengan tokoh fiksi yang selalu diceritakan oleh adik perempuannya. Seorang pria dengan kedua bola mata berwarna merah darah pekat, kulit putih pucat dengan rambut berwarna keabu-abuan it...