"Aku benar-benar minta maaf karena tidak bisa datang. Please jangan marah Prem.." aku tidak menghiraukan ucapannya. Jujur aku kesal dengannya tapi ya jika dipikir-pikir aku juga yang salah karena mau saja datang keacara Nine.
"Ayolah. Aku akan mentraktir mu makan siang hari ini sebagai ucapan maaf ku.."
"Ok. Deal.." Makanan gratis? Siapa yang bisa menolak. Aku akan makan makanan paling mahal siang ini. Itu pikiran jahatku.
"Phew! Dasar pecinta makanan gratis. Jadi bagaimana semalam? Kau pulang dalam keadaan utuh kan?" Kini Max memicingkan matanya seakan-akan tengah menuduhku berbuat hal yang tidak-tidak.
"Aku.. baik-baik saja.." jawabku. Sebenarnya aku ragu juga.
"Kau pulang jam berapa semalam? Sendirian? Tidak mabuk kan?" Ini yang ku benci dari Max, dia lebih cocok jadi ibuku dibanding temanku.
"Oyii! Kau kan tahu jika aku tidak bisa minum alkohol. Aku pulang sebelum jam 12 malam dan sendirian.." Balasku, meski sebenarnya yang ku tahu aku sudah berada didalam kamar ku pagi harinya dan dalam keadaan utuh untungnya.
"Prem.."
"Kak Nine.." aku terkesima melihat wajahnya. Bukan karena ketampannya. Tapi karena memar dibeberapa bagian wajahnya. Apakah dia abis berkelahi?
"Syukurlah kau baik-baik saja.." ucapnya. Aku mengerutkan keningku. Tidak mengerti apa yang diucapkannya.
"Maksudnya Kak?"
"Kemarin aku diserang oleh seseorang. Teman-temanku menemukanku berada dibilik toilet dalam keadaan pingsan. Aku ingat kita sedang bersama didalam toilet semalam.." aku berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi semalam.
"Hmm. Apa yang terjadi didalam toilet..?" ucapku. Sebenarnya aku sedang bertanya pada diri sendiri. Tapi pertanyaanku membuat orang yang dihadapanku menjadi gugup. Aku melirik Max yang tengah memicingkan matanya pada Nine.
"K-kau sedang ditoilet dan aku masuk kesana untuk buang air juga. Setelahnya aku tidak ingat lagi. A-Aku terlalu banyak minum sepertinya.."
Aku mengangkat kedua bahuku. Ini aneh, jadi siapa yang mengantarku pulang? Karena Nine sudah bilang jika dirinya pingsan didalam bilik toilet dengan wajah babak belur.
"Aku sudah tenang sekarang karena Prem baik-baik saja. Kakak kembali ke kelas ya. Sampai jumpa,," Aku hanya mengangguk saja. Pikiranku masih berusaha mengingat apa yang terjadi semalam.
"Jadi... Apa yang kau sembunyikan dariku..?" Shit. Aku lupa jika Max berada disampingku sedari tadi.
"Se-sembunyikan apa?"
"Kau bilang pada Nine jika tidak ingat apa yang terjadi ditoilet. Tapi kau bilang padaku jika pulang sebelum jam 12 malam dan sendirian. Jadi bagaimana cerita sebenarnya?"
"Yang aku tahu aku setelah buang air aku langsung pulang kerumah. Sudah jangan banyak tanya. Aku lapar"
Aku bergegas berjalan dengan cepat menuju kantin, tidak mau terlalu lama diintrogasi oleh Max. Aku bersumpah tidak akan mau lagi ke Bar.
BRUGH
Aku hampir terhuyung dan jatuh saat tanpa sadar menabrak orang dihadapanku. Orang itu memiliki tubuh keras bagai batu. Tapi lengan orang itu lebih dulu menahan tubuhku, menyebabkan aku bisa mencium bau harum tubuhnya.
'Dokter Bounnhh' alam bawah sadarku kembali mengingat serpihan diriku yang tanpa sadar mendesahkan nama pria yang identitasnya masih ku cari tahu. Dengan ragu aku mengadahkan wajahku dan 'Voila' wajah Vampire itu terpampang nyata dihadapanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY VAMPIRE
VampirePrem, seorang mahasiswa kedokteran tanpa terduga harus bertemu dengan tokoh fiksi yang selalu diceritakan oleh adik perempuannya. Seorang pria dengan kedua bola mata berwarna merah darah pekat, kulit putih pucat dengan rambut berwarna keabu-abuan it...