Sejak mendengar penjelasan Prick, aku jadi selalu memikirkan tentang pria yang aku yakini jika dia adalah Vampire. Tapi bagaimana caranya agar aku bisa bertemu lagi dengannya?
Tapi tunggu dulu, untuk apa juga aku mencari cara agar bertemu dengannya? Bagaimana jika nanti dia menghisap darah ku? Tapi apakah dia akan menghisap darahku? Pria itu akan lebih memilih darah wanita kan? Dan aku bukan wanita, jadi aku pasti selamat.
"Prem.."
"Oiii!" Aku tersentak kaget saat tiba-tiba seseorang memanggil namaku tepat disamping telingaku. Hampir saja aku akan memukulnya. Bagaimana aku tidak kaget jika mendadak seseorang sudah duduk disampingku?
"Maaf maaf. Kakak membuat mu kaget ya? Kakak sedari tadi sudah memanggilmu tapi Prem tidak menyahut sama sekali..." ujar Nine dengan raut wajah bersalah.
Kalau ku pikir-pikir kenapa dia jadi semakin sering sih ke gedung fakultasku? Jangan bilang apa yang dibilang Max benar.
"Tidak apa Kak..." balasku singkat sambil melihat sekitarku dan sialnya hanya ada aku dan Nine ditaman. Entah mengapa, aku jadi takut dengannya.
"Hmm. Hari ini aku ulang tahun.." ucapnya dengan tersenyum lebar. Ingin sekali aku menjawab, aku tidak tanya tapi itu sangat tidak sopan kan.
"Selamat ulang tahun ya kak.."
"Terimakasih. Apa Prem akan datang ke acara ulang tahun ku?"
"Hmm. Akuㅡ" perkataanku belum selesai, Nine sudah lebih dulu menggenggam kedua tanganku.
"Please. Kebahagiaaan kakak akan lengkap jika Prem ikut serta diacaraku.." ia menatapku dengan penuh harap, jika seperti ini jiwa simpatiku akan keluar.
"B-baiklah.." tuh kan. Aku tidak bisa menolaknya.
"Senangnya. Jangan lupa datang ke Bar XXX ya jam 7 malam. Apa perlu kakak menjemput mu?" Aku menggelengkan kepalaku.
"Tidak perlu kak. Nanti aku kesana bersama Max.."
"Baiklah. Yang penting Prem sudah berjanji akan datang. Kakak akan menunggu mu ya.. Sampai jumpa.." Nine akhirnya pergi dari hadapan ku setelah mengelus kepalaku.
"Oiii Prem! Kenapa juga sih setuju untuk datang ke pestanya?!" Aku menggerutu kesal seraya mengusak rambutku.
DDDRTT DDDRRT
Aku mengeluarkan ponsel ku dari kantong dan melihat nama Max yang meneleponku.
"Hallo? Ada apa Max..?"
"Kau dimana?! Kau lupa hari ini ada kelas dr Jessi? Cepat masuk sebelum kau dimakan olehnya!" Aku memutarkan bola mataku.
"Iya iya. Aku sedang berjalan ke kelas.."
Aku mengentikan langkahku saat melihat pria dengan rambut abu-abunya tengah berjalan seraya menatap sekelilingnya. Aku menegukkan ludahku dengan pelan. Pria itu adalah Vampire yang sedang ku pikirkan sedari tadi. Berbeda dengan hari sebelumnya aku melihatnya berpakaian dengan sweater hoodie hitam, sekarang ia menggenakan kemeja hitam dengan sangat rapih.p
Apa yang dilakukannya disini? Gerak-geriknya sangat mencurigakan. Ini masih siang dan dia tengah mencari mangsa? Benar-benar Vampire tidak berakhlak.
"Hei?! Prem?! Kau dengan aku tidak?!"
"Iya aku akan kesana. Bye!" Ucapku sambil mematikan telponnya. Dengan penuh rasa penasaran, aku mendekatinya. Aku tidak boleh kehilangan jejaknya lagi atau aku akan hidup dipenuhi rasa penasaran hingga mati.
"Hey! Berhenti!" Ucapku sebelum ia pergi. Beruntung tanganku lebih cepat menahan lengannya. Vampire itu membalikan wajahnya dan menatap lengannya yang ditagan olehku lalu menatapku seraya menaikan salah satu alisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY VAMPIRE
VampirePrem, seorang mahasiswa kedokteran tanpa terduga harus bertemu dengan tokoh fiksi yang selalu diceritakan oleh adik perempuannya. Seorang pria dengan kedua bola mata berwarna merah darah pekat, kulit putih pucat dengan rambut berwarna keabu-abuan it...