"Dr Boun, aku mencintaimu.."
Sebuah kalimat sederhana yang membuat aliran darahku seakan terjun bebas mengalir kesemua bagian tubuhku. Selama lebih dari 100 tahun menjadi Vampire, ini kedua kalinya aku mendengar seseorang mengatakan cinta padaku.
Kedua mata kami saling bertemu, aku bisa melihat kesungguhan dari tatapannya. Aku tak mengerti, tapi yang ku tahu sejak bertemu dengannya, aku berusaha untuk selalu menghindarinya. Meski ternyata usaha ku selalu sia-sia.
Laki-laki yang berada dipelukkan ku ini selalu bisa membuatku bertindak diluar nalar. Aku selalu mengikutinya kemana pun ia berada, untuk memastikan dirinya baik-baik saja. Bahkan meski dia sudah baik-baik saja didalam pelukan pria lain, aku tidak bisa menghentikan diriku untuk tidak mengkhawatirkannya.
Jujur, aku cemburu. Aku cemburu melihatnya bersama pria lain, aku ingin membunuh siapa saja yang menyentuhnya. Tapi yang bisa ku lakukan hanyalah menahan diriku agar tetap menjauhinya.
Kebahagiaannya lebih penting dibanding ego ku yang mencintainya. Jika menjauhinya bisa membuatnya bahagia dan selamat, maka opsi itu yang akan ku pilih.
Tapi laki-laki bodoh ini malah membahayakan dirinya, dengan keras kepalanya ia datang mencari dan mendatangiku, dan sekarang apa yang ia katakan? Ia mencintai ku?
Aku ingin memakinya karena memilih opsi mencintai seorang Vampire seperti ku.
"Apakah aku ditolak?" Pertanyaannya membuat gigiku bergetak. Matanya mulai berkaca-kaca lagi.
"Jika memang aku ditolak, boleh aku berada didekatmu saja?" Suaranya mulai bergetar. Air matanya mulai menetes perlahan.
"Kau akan menderita jika berada didekatku.." balasku.
"Kenapa?"
"...." Aku tak mampu mengucapkan apapun, rasanya kerongkongan ini tersumbat sesuatu hal yang besar sehingga aku tak bisa mengatakannya.
"Apakah karena kau sudah punya kekasih?" Aku mengerenyitkan dahiku. Oh. Aku ingat, pasti yang dimaksudnya adalah Mia. Aku menggeleng pelan.
"Lalu kenapa? Kenapa aku tidak bisa berada didekatmu?"
"Kau tidak ingat apa yang terjadi pada mu sebelumnya? Jika kau terus berada didekatku, Vampire lain akan mengincarmu.." kataku jujur. Ini salah satu alasan aku tak ingin terlibat dalam urusan percintaan. Aku tidak ingin orang yang ku cintai berada didalam bahaya. Bahkan aku sendiri tidak yakin bisa menjaganya.
Kematian Mary adalah pukulan telak didalam hidupku. Rasa bersalah karena tidak bisa menjaganya terus menghantuiku selama ratusan tahun.
"Tidak apa. Aku tidak takut.." bohong. Raut wajahnya jelas sekali jika ia takut. Laki-laki ini benar-benar keras kepala.
"Aku janji tidak akan merepotkan.." ucapnya lagi.
"Ini bukan masalah merepotkan atau tidak. Aku tidak ingin kau berada dalam bahaya, Prem.." aku berharap ia mengerti.
"Tapi kenapa kau biarkan wanita itu berada didekatmu? Katamu dia bukan kekasihmu? Lalu siapa dia sehingga dia bisa berada didekatmu sedangkan aku tidak?" Aku menghela nafas panjang.
Bagaimana bisa Prem membandingkan dirinya dengan Mia. Jelas-jelas wanita itu adalah Vampire, dan dia bisa menjaga dirinya sendiri.
"Dia Vampire.."
"Apakah aku harus jadi Vampire juga? Bagaimana caranya? Apa dengan cara menggigitku? Ayo, gigit aku!" Prem menarik turun kerah kemejanya dan mendekatkan lehernya kearah mulutku.
Aku menarik tubuhnya dan membuatnya duduk diatas meja kerjaku. Menempelkan kedua kening kami.
"Dengarkan aku, menjadi seorang Vampire bukan pilihan yang benar. Jika aku bisa memilih, aku lebih baik menjadi manusia biasa, meski hidupku tidak lama. Setidaknya aku tidak perlu merasakan kesepian selama bertahun-tahun.."
KAMU SEDANG MEMBACA
LONELY VAMPIRE
VampirePrem, seorang mahasiswa kedokteran tanpa terduga harus bertemu dengan tokoh fiksi yang selalu diceritakan oleh adik perempuannya. Seorang pria dengan kedua bola mata berwarna merah darah pekat, kulit putih pucat dengan rambut berwarna keabu-abuan it...