Part 15 |

1.2K 147 2
                                    

Dua Minggu terlewati dengan mudah. Uzi menatap bosen dari jendala melihat taman diluar yang ramai khalayak. Menghela napas panjang Uzi menoleh ke dokter Eshter yang sedang merapihkan peralatan medisnya.

"Dokter, Uzi kapan boleh pulang? Udah lama lho Uzi disini. Bosen."

"Emang Uzi mau pulang? Enggak mau main lagi sama suster Mirai atau yang lain?"

Menggeleng kepala, Uzi menjawab, "Uzi mau kok main sama suster Mirai tapi Uzi kangen bunda Ami sama anak panti lain."

Dokter Eshter berjalan menghampiri si kecil yang sedang murung seraya menghela napas kecil.

Cuma ini satu-satunya penahan dengan alasan kesehatan agar Uzi tetap disini. Serta pengenalan dan pendekatan keluarga perlahan-lahan tanpa ada kecanggungan.

"Hari ini Uzi pulang. Dokter akan beritahu bunda Azami untuk datang dan jemput Uzi." Mengusak pelan rambut halus si kecil yang menatap binar.

"Beneran dokter?!"

Anggukan kepala sebagai jawaban membuat Uzi jingkrak-jingkrak kesenangan.

"Oh ya, nanti aku mau pamintan sama kak Ezra dan kak Evans."

"Sama kak Ed nggak mau pamintan nih?"

Menoleh kepala melihat siapa yang datang Uzi berlari menghampiri orang tersebut.

"Kak Ed!"

Hap!

"Emang Uzi udah di perbolehkan pulang sama dokter?"

Menatap tajam dokter Eshter di belakang memastikan bahwa ucapan tadi benar. Tatapan tajam tapi menggemaskan itu tidak membuat dokter Esther takut, malah buat dokter tersebut mempermainkan si kecil.

"Kapan dokter bilang gitu?"

"Dokter~~" rengek Uzi kesal.

Turun dari gendongan Edgar, Uzi berlari ke arah dokter Eshter. Menarik-narik jas putih serta mata bulatnya meminta kepastian.

"Ugh... Dokter kalah.." memegang dadanya dramatis.

"Yeey... Tuh liat dokter udah ijinin Uzi pulang sekarang."

"Kata siapa pulang?"

"Kak Evans!"

"Dokter Eshter." Berbalik menghadap dokter. "dokter jangan bohong lagi."

Dokter Eshter mengangguk mengerti. Merasa gemas dengan tingkah si kecil. "aku yang mengijinkan. Dia sudah pulih dan kondisinya membaik akhir-akhir ini."

Uzi tidak memperhatikan Evans yang menunduk menyembunyikan raut kecewanya.

"Kapan bunda Ami kesini?" Tanya Uzi.

"Nanti dokter hubungi ya."

"Ugh... Gak sabar ketemu sama yang lain. Kangen berat Uzi tuh.." memeluk dirinya seraya mengayunkan tubuh ke samping.

Tiga orang dewasa hanya bisa menelan pahit kekecewaan saat mendengar ucapan Uzi.

Memang mereka belum memperkenalkan diri sebagai keluarga. Dan Uzi belum tahu bahwa dia punya keluarga. Saling menunggu satu sama lain.

Uzi menunggu keluarga datang menjemput dengan harap-harap bahwa kalung yang dipakai bisa menjadi petunjuk. Dan keluarga Cartwright menunggu agar Uzi dan dua kepribadian lain terbiasa dengan kehadiran mereka.

Ketika dirumah sakit mereka bebas berkunjung dan menginap namun ketika nanti saat Uzi sudah di pulang ke panti akan sedikit sulit dan canggung untuk bertemu. Itu yang menjadi kekecewaan mereka saat ini.

***

"Bunda menu hari ini apa?"

Mereka saat ini dalam perjalanan menuju panti. Bersama supir dan Elliot menemani mereka dalam perjalanan.

Ingin menahan lebih lama pun Elliot tidak punya kuasa sekalipun Uzi anaknya sendiri. Dia tidak bisa memaksa kehendak dan membuat mental anaknya semakin buruk.

"Uzi ingin makan apa emang?" Tanya Elliot ikut nimbrung.

Mengetuk-ngetuk dagu memikirkan apa yang ingin dia makan.

"Uzi mau nasi panas dan abon sapi!"

Eh?

"Itu aja?"

Uzi mengangguk mengiyakan.

"Enggak ada menu lain selain itu? Kaya tambahan lauk? Uzi mau apa? Ayam? Atau sayur?" Tanya Elliot panik.

Bunda Azami hanya tertawa kecil mendengar permintaan absurd Uzi yang sudah tidak aneh untuk di lihat. Makanan sederhana tapi bisa buat dia nambah berkali-kali sampai benar-benar kenyang.

Abon kesukaan si kecil.

Above the CloudsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang