──────────────────
up : november 18th, 22
"Lesu amat mbak, masih pagi" timpal Win sambil nyenggol bahu milik Jihan. Mereka berdua lagi duduk bareng di sofa ruang tamu.
Bukan gara-gara muka bantal baru bangun, gadis itu juga udah mandi kok. Cuma ya bingung aja si Win, kenapa Jihan mimik mukanya masam. Beda sama dirinya yang happy kiyowo karena cemilan.
Yang lain kemana? Mereka lagi jalan-jalan keliling daerah villa. Jihan sama Win ga ikut, bilangnya sih mager.
"Mending nyemil bareng gue, nih banyak numpuk"
Pluk
Win ngelempar satu bungkus cookies cokelat ke Jihan, kena sih cuma ya ga ditangkep sama Jihan. Gadis itu ga ngerespon sama sekali. Bahkan mengedipkan mata aja susah rasanya buat seorang Jihan saat ini.
Win natap Jihan aneh, "Ga salah lagi dugaan gue lo emang masih ada rasa, ketara bener ekspresi lo kemaren"
Jihan langsung tesentak seakan nyawanya baru kembali ke badannya.
Tapi bukannya ngelak kaya kemaren, Jihan malah merenung dengan ekspresi yang sulit diartikan.
"Gue jahat ya Win?"
Win terdiam. Setelah sekian lama, akhirnya Win denger kalimat itu lagi. Kalimat yang jelas Jihan lontarkan pada dirinya sendiri bertubi-tubi beberapa tahun lalu sepulang gadis itu dari New York.
"Gue bahkan udah pernah punya hati yang lain setelah Jungwon, berani-beraninya gue masih mikirin dia" ujar Jihan lirih.
Win tersenyum tipis, "Kan gue pernah bilang ngulik masa lalu sama aja kaya bunuh diri, inget?"
Jihan masih nunduk lesu, energi nya serasa tersedot entah kemana.
Win naruh cemilannya di atas meja lalu ngelipet tangan depan dada mengalihkan atensinya buat fokus ke Jihan.
"Heran gue, perasaan dari awal ketemu...lo udah biasa aja sama Jungwon. Kenapa benteng pertahanan lo tiba-tiba runtuh?" tanya Win heran.
Benar, berawal dari Jihan yang berusaha pelan-pelan ngejauhin Jungwon dari Sullyoon, berakhir dengan dirinya yang ga bisa ngeliat kemesraan Jungwon dan Zoa.
Awalnya ingin melindungi hubungan temannya, berakhir jadi berharap pada sesuatu yang ga mungkin dia dapatin lagi.
Apa hari ini tidak bisa lebih buruk lagi?
Siapapun tolong katakan kalau Jihan gila akan resiko kesalahannya menjauh dari sang pujaan hati tempo lalu.
Jihan cuma menggeleng pelan sebagai jawaban, "Mungkin gue emang sedikit goyah, selebihnya lagi rasa bersalah gue ke JungwoMmm!"
Jihan kaget mulutnya tiba-tiba disumpal wafel sama Win, mata gadis itu mendelik tajam ke tersangka penyumpal.
"Tuhan tolong kembalikan Jihan seperti semula jujur saya sudah lelah menghadapi dia di mode galau kaya gini" mohonnya sambil natap langit-langit ruang tamu.
"Gue minta lo jangan mikir yang dulu dulu, nanti lo bunuh diri beneran lagi. Amit-amit dah" lanjut lelaki itu sambil ngelirik Jihan.
"WIN!"
Plak! Plak! PUAK!
°°°
Keesokan harinya disiang bolong,
"Waaa pedes sialannn" teriak Amin.
"Mana airr, AIR!!" seru seseorang yang kebingungan nyari segelas air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aware
FanfictionGaris hidupnya seakan sudah terbentuk dari kesalahan seseorang sebelum kelahirannya. Dan parahnya lagi, gadis itu dipertemukan oleh "seseorang" itu secara tidak sengaja. Bagaimanakah akhir dari lika liku hidup gadis ini? Apakah mereka bisa menyelesa...