──────────────────
up: november 25th, 24
°°°
"Sebelumnya Win sekarang Yejun, habis ini siapa yang bakal pergi?" Jihan terus-terusan nyebut nama-nama itu ditiap pertanyaan yang ia lontarkan ga lain buat dirinya sendiri.
Ya, tepatnya di sore menjelang malam hari berlatar taman rumahnya. Ga tau kenapa yang awalnya ga suka ngerusak tanaman di sana, sekarang tangannya jadi ga bisa diem buat metik bunga dideketnya buat dilepas satu-persatu kelopaknya. Merapal kata-kata seakan menjadi ramalan kala dia ngelempar kelopak-kelopak itu.
Melepas kelopak lalu dibuang sembarang di sekitar tempatnya duduk adalah hal favorit Jihan detik ini. Sampai gadis itu ga sadar kalo ada seseorang yang berdiri di sampingnya.
"Nona?"
Jihan tersentak dan noleh ke sebelahnya, tepatnya kini ada bibi Karin yang lagi tersenyum melihatnya.
"Oh iya bi ada apa?" tanya Jihan berusaha menampilkan senyumnya walau sulit.
"Bibi duduk ya?" tanyanya meminta ijin kepada gadis itu buat mengisi tempat kosong disebelahnya.
Jihan mengangguk.
Angin semilir melahap suasana disekitar mereka saat ini. Berliter air pada pancuran di tengah taman juga menyuarakan suara aliran tenang mereka, sangat nyaman. Alam seakan-akan mengajak mereka untuk berdiam lebih lama lagi di pelantara taman itu.
Karin melirik Jihan, wajah gadis itu keliatan lesu. Perempuan itu bener-bener ga tega dengan apa yang diterima Jihan sekarang baik itu sakitnya dan kepergian para sahabatnya.
"Jihan, inget kan sama apa yang bibi bilang waktu kita pertama kali ketemu?"
Jihan melirik Karin dengan sedikit mengingat lagi apa yang disampaikan Karin pas pertemuan mereka di pinggir jalan waktu itu.
Karin pun ngulum bibirnya tersenyum lalu nangkup telapak tangannya pada telapak tangan Jihan tepat disebelahnya.
"Untuk apapun yang nona dapatkan sekarang ini, walau sepahit apapun itu rasanya, nona harus tetap bersyukur ya?"
Jihan tersenyum tipis ke arah Karin lalu mengangguk mengiyakan.
"Lagian, nona juga masih bisa kontakan kan sama mereka?"
Jihan memayunkan bibirnya, "Tapi kan beda rasanya Bi..."
Karin terkekeh, "Iya iya bibi paham,"
Telapak tangan Karin setia mengelus tangan Jihan. Ia berharap Jihan bisa menjalani hari-hari kedepannya tanpa ada yang melunturkan senyuman gadis itu.
°°°
"Sekarang..ahh nanti aja. Ck! Apa sekarang?"
Dedemit itu dilema dengan rencananya. Yap lelaki dedemit itu lagi ada di kamar Jihan dengan gadis itu yang masih terlelap dalam tidurnya tepat di hadapannya.
Rupa menawan gadis itu semakin menguatkan niat Jaemin untuk melakukan rencananya. Tapi tetap aja ada hal yang membuatnya rancau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aware
FanfictionGaris hidupnya seakan sudah terbentuk dari kesalahan seseorang sebelum kelahirannya. Dan parahnya lagi, gadis itu dipertemukan oleh "seseorang" itu secara tidak sengaja. Bagaimanakah akhir dari lika liku hidup gadis ini? Apakah mereka bisa menyelesa...