Bab 13: Teman lama Azhiva

1.7K 294 28
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

"Dia cuma selalu mentingin dirinya sendiri. Kak Zi gak pernah mau ngertiin perasaan aku. Aku kangen ibu, aku cuma pengen dia percaya kalau ibu itu masih ada, Ibu bakalan kembali sama kita." Reva berjalan cepat menjauhi rumahnya, melewati beberapa rumah yang berada di kanan dan kirinya dengan terus mengusap kasar wajah yang di basahi oleh air mata itu.

Mungkin Reva kaget, merasa tidak biasa dengan sikap yang Azhiva tunjukkan tadi. Seumur mengenal dan hidup dengan kakak sulungnya itu, Reva tak pernah sekalipun mendapatinya membentak, berbicara sekeras tadi. Padahal dibanding Cethava, Reva sangatlah keras kepala, pembuat masalah dan lainnya, namun Azhiva tak pernah seperti ini.

Azhiva memang keras, Azhiva memang tegas, namun Azhiva bukan sosok yang kasar dan pemarah.

"Kak Zi kenapa harus bentak aku? Kenapa gak bisa bicara baik-baik aja," gumam Reva.

"Kalau aku jadi Kak Zi, aku juga bakal bentak kamu. Kalau bisa aku pukul aja mulutmu sekalian."

Reva yang tadi duduk di dekat pelataran toko yang tutup di seberang jalan sana pun menolah, mendapati kakak keduanya mendekat. Cethava dengan wajah kesalnya duduk di sebelah Reva, membuat adik bungsunya itu menghela nafas berat.

"Kak Thava mau apa? Mau marahin aku juga?"

"Iya. Kamu emang harus dimarahin. Yang sopan kalau bicara sama kakakmu, Rev," ucap Cethava.

"Reva sopan."

"Sopan apa ngegas begitu. Kamu juga tau kondisi harusnya, Kak Zi baru pulang, dia mesti capek, kamu kan gak tau apa aja hal yang dia laluin seharian ini, terus tiba-tiba kamu ajak bicara kayak tadi dengan hal yang kamu sendiri tau kalau Kak Zi gak suka kalau kita bahas itu," tegas Cethava.

Reva mengetap bibirnya, "Reva kesal, kak. Kak Zi kenapa sih gak mau bahas ibu banget? Itu kan ibu kita, kak. Kak Zi gak seharusnya begitu."

"Kamu gak akan pernah tau kenapa alasannya kalau kamu gak lihat dari sudut pandang dia, Rev," sahut Cethava.

"Emangnya Kak Thava tau sudut pandang Kak Zi tentang ibu apa? Kenapa kakak bisa mengerti itu? Kenapa kakak bisa selalu memaklumi sifat Kak Zi yang menurutku itu egois," balas Reva lagi.

Cethava tersenyum kecil dan menatap wajah adik bungsunya. "Karena aku punya kemauan untuk mengerti orang lain. Aku selalu berusaha menempatkan diriku jika seandainya aku adalah kakak kita. Karena aku tau, Rev, aku tau kenapa Kak Zi seperti itu."

"Reva gak mau mengerti karena Kak Zi gak kasih tau Reva apa sebabnya. Seharusnya Kak Zi kasih tau Reva, kak. Biar Reva ngerti seperti Kak Thava," sahut Reva.

Cethava menggeleng cepat. "Kak Zi gak pernah kasih tau sebabnya karena dia gak mau kamu memandang ibu seperti cara pandangnya. Dia takut kalau ini semua akan mengubah cara pandangmu ke ibu juga, Rev," ucap Cethava yang langsung membuat Reva terdiam. Cethava harap, adiknya akan sedikit mengerti. Meski mustahil, otak Reva kadang suka tidak bisa berjalan.

Pelangi Tanpa Warna | end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang