~ Maaf atas perjalanan yang tidak sempurna, namun percayalah untukmu ku jual dunia. ~
•••
"Kalian, keluargaku yang tersisa."
Azhiva membenci ibu nya, membenci hal apapun yang membuat wanita itu meninggalkan dia dan adik-adiknya sampai hari ini, ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌸🌸🌸
Cethava langsung menuju ke kantin kampus selepas kelas terakhirnya hari ini selesai. Mulai dari pagi tadi, Cethava menaruh beberapa kue buatannya untuk dititipkan di kantin.
"Assalamu'alaikum, bu."
"Waalaikumsalam. Eh Neng Thava. Sudah selesai kelas nya?" Panggil saja Bu Ida, beliau adalah pedagang di salah satu stand kantin kampus, yang mana tempat Cethava menitipkan kue buatannya.
"Sudah bu. Ini Thava makannya mau ambil kue titipan tadi pagi. Gimana bu?"
"Alhamdulillah banyak yang suka, tapi ini masih sisa tiga bungkus, neng." Bu Ida menaruh keranjang yang berisi tiga bungkus cupcake cokelat di atas meja.
"Oh iya gak apa-apa. Ini sisanya buat ibu aja. Tapi besok Thava bisa titip lagi kan?" ucap Cethava. Bu Ida mengangguk dan tersenyum manis pada gadis delapan belas tahun itu.
"Boleh dong, neng. Titip di sini aja terus. Semoga besok lebih laris lagi ya."
"Aamiin. Makasih banyak ya bu."
"Sama-sama, neng. Ini uang hari ini ya. Semangat terus," kata Bu Ida.
"Iya, makasih bu. Kalau gitu Thava pamit pulang dulu ya."
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam. Hati-hati."
Cethava membawa serta keranjang kue nya untuk segera pulang ke rumah. Sembari berjalan keluar, Cethava mengeluarkan ponsel nya, memeriksa apakah kakak sulungnya itu sudah membalas pesan yang dia kirimkan tadi?
Sejujurnya Cethava khawatir, bahkan sangat bingung mengapa tiba-tiba saja Azhiva menghilang seperti ini? Jika memang karena pertengkaran dengan Reva tempo hari, rasanya tidak mungkin. Karena Azhiva bukan tipe orang yang seperti itu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kak Zi belum balas pesan aku. Dia kemana ya?" Cethava bermonolog, gadis itu menghela napas dalam, berpikir sekejap.
"Apa aku cari ke cafe Kak Greta ya? Siapa tau Kak Zi disana? Atau—"