Bab 23: Kita, Keluarga

1.4K 278 68
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🌸🌸🌸

Maaf atas perjalanan yang tidak sempurna. Namun percayalah untukmu ku jual dunia.

Nina - Feast

•••••

"Udah lah Rev. Lagian kamu mau apa lagi sih? Kamu gak capek emang?"

Reva dengan cepat menggeleng. "Nggak. Aku cuma mau ibu tahu kalau anak-anak nya sayang ibu. Kalau aku dan kakak-kakak ku selalu berharap dia kembali. Aku sekarang cuma mau dia tahu kita peduli, selebihnya terserah, biar dia yang menyesal."

Nada bicara Reva tentang ibunya— Shanum, sudah mulai berubah, semenjak tadi. Reva terkesan hanya ingin ibunya tahu mereka menyayanginya, bukan memaksa sang ibu untuk kembali lagi.

Karena Reva hanya ingin Shanum yang menyesal jika seandainya dia tak juga menyayangi dirinya dan kedua kakaknya itu.

"Tapi menurutku tadi cukup. Seharusnya dia sudah cukup mengerti maksudmu. Kamu bilang kan kemarin, kalau sekali lagi dia gak anggap kamu, kamu bakal berhenti. Nyatanya hari ini apa? Kamu tetap gak dia anggap, Reva," jelas Marissa.

"Iya aku tau. Tapi kamu gak bakalan ngerti, kamu gak pernah ngerasain di buang kan, Sa?"

Sudah sebaik dan bersahabat apapun mereka berdua, nyatanya, Reva tetap Reva.

"Assalamu'alaikum."

Reva dan Marissa sontak menatap bersamaan kearah pintu rumah yang perlahan terbuka. Mereka mendengar dua suara yang mengucapkan salam.

"Waalaikumsalam." Kedua gadis ini bangkit dan berjalan cepat menghampiri sumber suara. Melihat siapa yang Cethava bawa, membuat Reva dan Marissa tertegun.

Manusia yang mereka tunggu kehadirannya sejak semalam kini kembali, menatap dengan senyuman manis di wajahnya.

"Kak Zi," lirih Reva dan Marissa bersamaan. Kedua gadis itu akan berlari mendekat, namun sayang, tangan Cethava lebih cepat mencegah. "Jangan deket-deket! Kalian gak lihat kaki Kak Zi kenapa?" ketusnya.

Keduanya menatap ke arah yang sama. Kaki Azhiva di perban, seperti memang terjadi sesuatu hingga gadis ini tidak pulang sejak semalam.

"Kakak kenapa?"

"Nanti aja nanya nya Rev. Bantu aku bawa kakak ke kamar," sahut Cethava. Cethava masih merangkul kakak sulungnya, dibantu oleh Reva yang memegangi lengan kanan Azhiva.

Pelangi Tanpa Warna | end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang