Bab 24: Pesta Ulang Tahun Karin

1.7K 355 88
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

"Yang bener Issa hitung uang nya, nanti salah lagi." Reva masih memperhatikan Marissa yang dengan teliti menghitung uang hasil jualan yang akan mereka berikan pada Cethava nanti.

"Iya Reva, kamu jangan berisik, nanti aku salah hitung."

Mereka berdua baru saja pulang sekolah. Bahkan belum mengganti pakaian seragamnya. Kedua gadis ini duduk di karpet ruang depan sembari menghitung uang hasil jualan hari ini.

"Seratus empat puluh delapan, seratus lima puluh. Ada seratus lima puluh ribu, Rev," ucap Marissa, tiba-tiba, Reva meraih selembar kertas yang berwarna hijau dari tangan Marissa. "Kalau kita ambil dua puluh ribu buat beli mie ayam, Kak Thava marah gak ya?" kata Reva.

Dengan cepat Marissa merebut balik uang dua puluh ribuan yang Reva pegang. "Gak boleh, dosa tau. Kalau mau mie ayam kan tinggal bilang Kak Thava aja, biar dia yang kasih. Jangan kita ambil," omel Marissa. Reva hanya memanyunkan bibirnya melihat Marissa yang sekarang terkesan lebih galak darinya.

"Assalamu'alaikum."

Keduanya menoleh ke arah pintu dan tersenyum menyambut kedatangan kakak kedua mereka itu. "Waalaikumsalam, Kak Thava."

Cethava ternyata sejak tadi sudah di sana, memperhatikan kedua adiknya yang terlihat tengah beradu pendapat. "Ngapain sih kalian? Sibuk sendiri gitu."

"Ini Kak Thava, uang jualan hari ini. Ada seratus lima puluh ribu," kata Marissa sembari memberikan beberapa lembar uang yang sudah ia rapihkan kepada kakaknya.

"Wah alhamdulillah, habis dong."

"Iya. Besok lagi ya," lanjut Marissa.

"Siap-siap. Makasih ya adik-adik."

"Sama-sama, Kak."

Cethava melihat ke sekeliling rumah, rasanya di sini memang hanya ada mereka bertiga saja. "Kak Zi mana?"

"Kerja lah, kemana lagi," kata Reva dengan entengnya.

"Kerja? Dia kerja?"

"Iya."

Cethava mendengus pelan, kepalanya menggeleng, tidak habis pikir pada manusia baja satu itu. Padahal masih sakit, berjalannya saja masih tertatih akibat ter serempet mobil itu, tapi dia sudah pergi bekerja hari ini.

"Apa sih salahnya untuk istirahat satu hari? Dia gak sayang tubuhnya sendiri apa?" gumam Cethava dengan kesal.

"Iya ya, padahal kan libur satu hari gak masalah. Issa kasihan sama kakak, dengan kondisi kayak gini aja masih usaha mati-matian."

Pelangi Tanpa Warna | end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang