~ Maaf atas perjalanan yang tidak sempurna, namun percayalah untukmu ku jual dunia. ~
•••
"Kalian, keluargaku yang tersisa."
Azhiva membenci ibu nya, membenci hal apapun yang membuat wanita itu meninggalkan dia dan adik-adiknya sampai hari ini, ter...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🌸🌸🌸
"Issa, ya Allah, kenapa bisa begini?"
Azhiva mengunjungi sang adik yang kini terbaring di ranjang uks dengan seorang temannya yang menemani. Tadi, Azhiva sudah lebih dulu menemui Reva di ruang bimbingan konseling, yang mana Azhiva juga sudah tau apa permasalahan yang Reva lakukan.
Untung saja, kali ini Reva masih beruntung untuk kesekian kali.
"Kak Zi," ucap Marissa.
"Apa yang sakit, dek?" tanya nya.
"Ini dan... kepalaku masih sedikit pusing." Marissa memegangi ujung bibirnya yang tampak memar, bagian darinya yang tadi sempat terkena pukulan keras Reva.
Tak lama, di belakang Azhiva muncul gadis berperawakan tomboy dengan wajah sedikit bersalahnya pada Marissa. "Reva, kamu gak apa-apa kan?" Marissa sempat menanyakan itu, dia hanya takut jika pihak sekolah akan memberikannya hukuman lebih.
"Yang luka kamu Issa, harusnya aku yang tanya, kamu gak apa-apa kan?" kata Reva setelahnya.
"Aku udah gak apa-apa."
"Maafin aku, tadi aku beneran gak sengaja. Aku bukan mau pukul kamu kok." Reva menatap Marissa dengan mata penuh penyesalan itu.
"Aku tau, Rev. Kamu gak mungkin pukul aku."
Reva menatap wajah samping kakak sulungnya itu. Sebenarnya ada sedikit rasa bersalah yang mengganjal, namun, entahlah egonya ternyata lebih besar. Reva tahu, mungkin ini untuk kesekian kalinya berbuat salah, membuat kakaknya harus bolak-balik ke sekolah hanya karena onar yang selalu Reva perbuat.
"Maaf, Kak Zi."
Tidak ada tanggapan, gadis dua puluh tahun itu malam mendekat pada Marissa, mengusap pelan kepalanya. "Kalau Issa masih ngerasa sakit, Kak Zi mintain surat izin untuk pulang aja ya."
"Jangan, kak! Issa udah gak apa-apa kok. Nanti bakalan ada kuis di jam terakhir, kalau Issa pulang nanti gak dapet nilai," ucap Marissa.
"Ya sudah. Kalau ada apa-apa hubungi kakak aja ya."
"Iya Kak Zi."
Azhiva sempat izin pulang lebih dulu pada Marissa, sebelum akhirnya gadis itu membalikkan tubuh, menatap adik bungsunya, Reva, dengan lebih jelas lagi. Reva terlihat menunduk, sesekali menatap kakak sulungnya.
"Kita bicarain di rumah aja nanti. Kakak harus balik kerja lagi. Titip Issa ya," kata Azhiva dengan nada datar, kakinya perlahan melangkah pergi meninggalkan adik-adik nya di ruangan ini.