Rumah Mana Rumah

22 8 1
                                    

Asik bergelud dengan pikirannya yang carut marut ini. Kepalanya kepalang pening mendengar makian dan cacian dari lantai bawah.

Rumah yang sekiranya menjadi tempat paling nyaman, nyatanya hanya menjadi sumber luka yang tak pernah habisnya.

Rumah ini hanya menjadi tempat berlindung dari hujan dan panas, tidak sebagai pelindung untuk dirinya.

Hanya mendapatkan luka tanpa ada penyembuhnya.

Hidup ini tak indah seperti di drama keluarga bahagia. Film hanya pembohong.

Jiy
Kak takut!!

You
Diam aja dalam kamar jangan keluar.

Pesan dari sang adik membuat dirinya sangat khawatir. Langkah kakinya berjalan menuju sumber suara. Gadis itu berdiri di tepi pagar lantai atas. Dapat dilihat orang tuanya masih saja beradu agrumen.

"Mas itu yang ga bisa ngendaliin uang. Aku ga ada foya-foya. Kamu tu tau diri mas."

Uang adalah sumber permasalahan di rumah ini.

Suara berisik itu membuat dua orang tua itu terdiam. Mangkok Stainless yang tadinya di gunakan Lira untuk makan mie itu sudah berputar-putar di bawah.

Gadis itu melempar mangkok itu kebawah. Membuat orang tuanya terdiam cukup lama. Hingga ia berteriak, "RIBUT MULU! GA CAPEK APA!!! BERSYUKUR KEK KALIAN SESEKALI." Gadis itu berjalan menuju kamarnya. Ia hempas kuat pintu kamar itu hingga rumah itu terasa bergetar.

Tubuh gadis itu juga ikut bergetar. Mati-matian ini menahan emosinya.

Kak Lira
Tidur. Jangan dipikirin besok lo ujian.

Pesan singkat itu membuat Jiyan khawatir, bagaimana keadaan sang kakak kini.

Jiy
Kakak juga tidur jangan aneh-aneh ya.
Jiy takut kakak ngelukain diri kakak.

Tangis Lira pecah, ia tak mengubris pesan sang adik.

Emosi yang tertahan itu ia luapkan dengan tangisan. Terisak-isak di pojok kamarnya. Tidak ada yang tau bagaimana pilunya tangis itu kini.

Gadis itu lebih baik menangis merangung-raung ketimbang ia harus melukai dirinya sendiri.

Di kamar sebelah, sang adik termenung cukup lama memandang langit-langit kamarnya. Ia sangat khawatir dengan sang kakak. Tadi dia sudah mencoba menghampiri, namun kamar sang kakak di kunci. Ia tak dapat mendengar apapun sebab hujan di luar sana sangat deras.




Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karunasankara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang