Something's Wrong?

20 0 0
                                    


"Aku kira dulu, kamu akan selalu melindungiku dari segala rasa sakit yang akan menghujamku. Namun ternyata, kamu sendiri yang menghujamkan rasa sakit itu." Lira berkata demikian.

Gadis itu berdiri tegap di hadapan Haikal yang kini menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

Riuhnya lalu lalang orang-orang yang tampak melirik mereka berdua membuat Lira tidak nyaman. Tatapan, dan bisik-bisik dari mereka membuat Lira ke-trigger. Lira benci situasi seperti ini.

"Aku minta maaf untuk hal itu, Ra...

"Aku maafkan. Aku mohon sama kamu untuk enggak ganggu aku lagi. Tolong jangan dekati aku, Kal. Aku mohon!"

Entah kenapa emosi Lira meledak-ledak saat berbicara dengan Haikal. Ingin ia lampiaskan seluruh rasa sakitnya dengan memukul Haikal, namun gadis itu tidak sampai hati. Takut yang ada ia malah dituntut karna menganiaya mantan pacarnya itu.

"Kalau nanti masih ada kesempatan, tolong kasih kesempatan itu buat aku, Ra. Aku janji bakalan berubah jauh lebih baik. Aku enggak akan mengecewakan kamu lagi." Haikal masih saja keras kepala. Entah apa yang ia harapkan dari gadis itu sampai-sampai ia tetap memohon untuk bisa bersama.

Lira menggeleng, "Bukan buat aku, tapi berubah demi diri kamu sendiri. Cari cinta yang baru dan yang setara. Dan kalau nanti perempuan itu terpuruk tolong jangan ditinggalkan. Tarik dia, Kal, bukan semakin dibenamkan."

"Untuk kamu. Apapun aku akan kembali dengan kamu. Seterah kalau aku di bilang pemaksa. Tapi untuk kali ini, aku akan kembalikan apa yang sudah aku hilangkan."

"Aku enggak mau."

Setelah cintanya selesai. Lira baru sadar kalau Haikal adalah orang paling egois yang pernah Lira tau. Dahulu ia cinta buta, ia rasa semua hal  yang dilakui Haikal adalah bentuk cinta Haikal kepadanya. Namun ternyata keobsesan Haikal semata.

Bener kata orang, kalau membaca seseorang jangan dengan perasaan.

Mereka saling bertatapan tajam. Lira dengan tatapan bencinya, sedangkan Haikal menatapnya dengan berbagai bentuk ungkapan. Entah itu rasa bersalah, penyesalan, egoisnya dan mungkin muak.

"Lira..." Suara itu memecahkan suasana penuh cekam.

Kara sudah berada di sebelah Lira. Menggenggam erat telapak tangannya yang sedari tadi sudah terkepal erat.

"Hari ini katanya kamu mau nemanin aku kontrol ke Rumah Sakit. Ayo kita pergi."

Lira melirik ke arah Kara yang tersenyum tipis padanya. Kemudian ia tatap lengan yang menggenggam erat telapak tangannya.

Sedangkan Haikal, lelaki itu tatap Kara dan tangan yang Kara genggam sangat erat. Persis seperti yang pernah ia lakukan untuk Lira.

Menyadari hal itu, Lira genggam pula telapak tangan Kara. Gadis itu tersenyum hangat menatap Kara.

Haikal semakin bengis melihatnya. Api cemburu menjalar ke seluruh penjuru fakultas. Namun, Haikal tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menatap keduanya.

"Aku pamit, Ra." Haikal beranjak pergi dari hadapan sepasang anak manusia yang mungkin memang menjalani hubungan serius.

Dari bisik-bisik yang Haikal dengar, Kara dan Lira memang menjalani hubungan sebagai kekasih.

"Okey. Bye bye Haikal." Kara menjawab. Lelaki itu melambaikan tangannya ke arah Haikal yang semakin menjauh dari hadapannya.

Lira lepas genggaman itu, kemudian ia tidak lupa untuk memukul bahu Kara.

"Ra gue, Lira. Bukan Ra lu." Katanya.

"Mana aku tau. Dia bilang 'Ra' di sinikan ada dua Ra. Lira, Kara dan nama kampus ku Ravin." Katanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Karunasankara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang