Tidak Ada Maaf

19 2 0
                                    

Bukan cuma karna sama-sama keras kepala alasan Lira tidak mau bersama Kara. Namun pembahasan dua tahun lalu yang membuat gadis itu berpikir lebih jauh lagi.

Diterima dengan baik? Apa mungkin Kara bisa diterima?

Ia tidak mau menyakiti laki-laki yang hidupnya sudah babak belur di permainkan semesta. Lira cuma mau Kara menuai hal baik yang selalu di harapkannya.

Kata Kara, "....mau seperti keluarga kamu." Tapi keadaan sudah berubah. Keluarga yang baik itu sedang terombang-ambing di laut lepas. Dihantam ombak yang mungkin sebentar lagi akan hancur berantakan.

Lira tidak tau harus bagaimana menjelaskan perihal ini pada Kara. Bagaimana keadaan sebenarnya rumah yang selalu penuh hangat itu. Rumah yang Kara liat dahulu, bukanlah seperti rumah yang sama lagi.

Di dalamnya sudah berantakan. Meninggalkan trauma buat gadis yang hidupnya tidak lagi sebaik kemarin-kemarin.

Jalanan hari ini terlihat ramai. Lira hanya diam mendengar semua ocehan Haikal. Terlampau malas untuk mendengar semua penjelasan yang terus di ulang Haikal semenjak hubungan percintaanya kandas.

"Kamu dengar aku ngomong apa?" Haikal menoleh. Menatap Lira yang asik pada jalanan yang ramai.

"Lira." Panggil Haikal.

Gadis itu menoleh dengan tatapan sayunya, "Terus mau kamu apa?" Katanya.

"Ayo balikan."

Gadis itu mendecih. Ia tatap nyalang ke arah Haikal yang tidak berkedip dari tatapan benci seoarang Tialira Arsyana.

Traffic light itu masih berwarna merah. Menyala seperti amarah yang bersemanyan di dalam di dada Lira.

"Kenapa mudah banget buat kamu minta aku balik sama kamu, Kal. Kamu engga pernah kepikiran gimana sakit hatinya aku sama kamu? Kamu engga tau atau pura-pura bodoh aja?" Katanya. Gadis itu tidak bisa menahan amarah di hadapan Haikal.

Hari ini dunianya terasa melelahkan. Terlebih lagi harus berduaan dengan Haikal seperti ini.

Ia bertemu Haikal saat ingin mengunjungi rumah Kara. Jujur saja gadis itu tidak berminat membawa Haikal untuk menjenguk Kara. Namun sialnya, Haikal berulah. Lelaki itu mengikuti kemanapun langkah kaki Lira.

"Aku minta maaf, Ra. Aku salah."

"Aku muak sama kalimat kamu itu." Ia hempaskan tubuhnya ke jok mobil milik Haikal. Lira tarik nafas panjangnya. Entah mengapa dadanya kembali sesak mengingat hari itu.

Hari di mana cintanya yang tulus dikhianati.

"Aku khilaf_"

"Aku engga sengaja nyium dia. Bla bla bla bla.....AKU MUAK HAIKAL." Gadis itu berteriak frustasi. Ia tatap nyalang ke arah Haikal yang terdiam menyesali perbuatannya.

"Kal, kamu pakai otak kamu. Gimana hal kayak gitu bisa engga sengaja? Orang bilang aku tu lebay mutusin kamu karna cuma nyiumin Sea. Perbuatan kamu itu ngancurin aku. Kamu hancurin kepercayaan aku. Aku sayang sama kamu, tapi kamu jahati aku. Coba inget yang lalu, Kal. Gimana kamu rela jatuhin aku demi nama baik kamu. Segitu jijiknya tetap pacaran sama perempuan yang jatuh miskin?"

Suaranya terdengar serak. Lehernya terasa tercekik kala mengingat hal yang menyakiti.

"Aku kasih semua perasaan aku ke kamu, tapi kamu kasih racun dalam hidup aku." Katanya dengan suara yang bergetar.

"Aku minta maaf, Lira. Aku janji bakalan lebih baik lagi buat kedepannya. Aku tau aku salah. Aku tau permintaan aku ini tidak tau diri. Berani sekali aku meminta gadis yang sudah aku campakkan. Tapi kalau boleh jujur, aku beneran ga nemuin perempuan kayak kamu lagi. Aku menyesal." Haikal berucap demikian. Ia tatap dengan serius gadis yang masih tertunduk.

Karunasankara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang