Ada perasaan aneh yang meledak-ledak di dada Duri. Jantungnya berdebar semangat, bukan karena takut sebab mereka sudah dibuang di hutan, tapi karena rasa senang! Akhirnya, Duri bisa bertemu secara langsung dengan rumah kue dan nenek-nenek di dongeng Hansel dan Gretel. Duri meloncat ke sana kemari, naik pohon--Duri itu juaranya naik pohon, jangan remehkan Duri, ya--dan banyak hal lagi. Tapi, lama-lama bosan juga, karena teman barunya itu tak kunjung bicara sepatah kata, juga terus meminta Duri untuk menunggu matahari terbenam. Duri tidak paham! Kenapa pula mereka harus pulang ke rumah dulu.
"Solar! Duri bosan!" Duri berseru, mematahkan rasa semangat dengan wajah cemberut, berkerut, untung saja kerutan itu tak permanen di wajah imutnya sekarang. Kalau tidak, dia akan mirip kakek-kakek imut. Duri terkikik, pikirannya lucu.
Melihat Solar yang menghela napas, membuat Duri jadi cemberut lagi. Tahu dan hafal, itu adalah gerak-gerik "permintaan akan ditolak sebelum diminta". Dia sering melihatnya dari Kak Gempa.
"Kita akan menunggu matahari terbenam."
Duri geleng-geleng ribut, enggan menuruti kata-kata Solar. "Ya udah, Duri aja yang nyari rumah coklatnya, Duri gak mau balik ke rumah itu!"
Duri berlari kecil di di atas tanah yang dikarpeti dedaunan kering, bunyinya tiap diinjak kriuk-kriuk seperti kerupuk. Abaikan panggilan Solar yang berteriak, lalu ikutan mengejar Duri. Duri diam-diam tersenyum, ternyata caranya berhasil! Ternyata cara ini bukan hanya mempan pada Kak Halilintar. Duri cekikikan diam-diam, merasa senang.
"Duri! Ya ampun, apa kau tidak bisa menunggu sebentar? Hanya perlu satu hari lagi. Mungkin kita perlu mengikuti alur cerita ini juga."
"Kalau bisa duluan, kenapa engga? Lagian, kalau nunggu sehari lagi, ntar Duri sakit! Kan dada Duri kemarin sakit."
Solar bungkam, jadi diam.
"Terus, terus. Duri 'kan maunya liat rumah kue itu, terus liat nenek-neneknya. Lagipula, nenek itu pasti kesepian, kan dia tinggal sendirian." Duri dan nada polosnya itu.
Solar menghela napas lagi. Duri menghentikan larinya, bukan karena melihat adanya rumah kue di hadapan, melainkan karena Solar menggenggam tangannya, lalu menarik paksanya untuk berhenti.
"Ya udah, oke! Tapi, gak usah lari. Katanya, tadi sakit?" Solar memicingkan mata.
Duri angguk-angguk ribut. "Oke, siap Komandan!"
=••=
Matahari lama-lama semakin tinggi, semakin panas, awan-awan bertaburan di atas langit membentuk berbagai macam bentuk, wajar saja ini 'kan kemarau. Dan Duri sudah benar-benar kehabisan tenaga lalu tepar, rebahan beralaskan dedaunan kering. Tenggorokannya kering sekali, Duri bahkan tidak sanggup bicara, dia butuh air, sekarang! Atau tidak, dia tidak akan bisa bangun.
"Heh, siapa tadi yang begitu bersemangat mencari rumah kue."
Duri melirik Solar, wajahnya menyebalkan, Duri berkerut tidak suka. Enak saja, Duri hanya kehausan, bukannya tidak bersemangat lagi! Tapi, Duri juga tidak punya tenaga untuk membalas perkataan Solar itu, dia sudah terlalu lelah, saking lelahnya sampai rasanya mau tidur saja.
"Aku mau tidur!" Duri berseru. Menutup mata. Tentu saja dia sedari tadi tidak merasa silau, lagipula ada pepohonan yang melindunginya dari panas terik matahari yang membakar kulit membuatnya jadi hitam seperti arang jika terus-menerus berada di bawah mentari itu.
"Heh, bangun! Bentar lagi pasti ketemu kok!"
Duri tidak menggubris. Tetap berusaha untuk terlelap. Tapi, Solar benar-benar mengganggu, dia menarik-narik tangan Duri, menyuruhnya bangun. Jadilah, terjadi adu tarik-menarik antara dua orang ini selama beberapa menit. Duri yang kesal, akhirnya segera berdiri. Kepalanya otomatis pusing, tapi Duri masih sempat melayangkan tatapan cemberut penuh amarah pada wajah menyebalkan Solar yang tengah bersedekap dada. Apa menurut Solar itu keren? Sama sekali tidak!

KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Time [RiSol]
FanfictionDuri tiba-tiba saja tidurnya terganggu di tengah malam. Saat itu, Duri menyadari, kamarnya yang biasa gelap di malam hari menjadi sedikit lebih terang. Mungkin karena cahaya bulannya, atau mungkin karena buku dongeng Kak Gempa bersinar terang. Eh...