Duri mencobanya, dia berusaha untuk tidak membuka mulut atau bernapas. Tarikan di kakinya tiba-tiba tadi, membuatnya hampir berteriak. Duri juga berusaha memberontak, tapi sia-sia saat dia terus turun ke bawah. Buih-buih air berterbangan ke atas, sebelum menghilang.
Ah, sesak sekali! Rasanya sangat menyakitkan paru-parunya tidak tahan lagi. Duri butuh bernapas sekarang, kalau tidak Duri takut akan mati!
Duri membuka matanya seketika membuatnya jadi perih dan matanya memerah. Beberapa detik berikutnya, mulutnya 'lah yang terbuka, buih-buih yang lebih besar keluar. Dan Duri dihantam sakit luar biasa di dada. Dia juga tidak bisa memberontak naik ke atas lagi, terlalu banyak tenaga yang terbuang.
Semakin lama, semakin lemas. Tarikan di kakinya masih ada, terus menariknya, mungkin hendak membawanya ke dasar danau. Duri juga tidak tahu. Banyak bayangan yang berkelibat dalam kepalanya. Duri juga mendengar suara! Suara ... suara Kak Gempa, sepertinya sedang menangis. Kenapa Kak Gempa menangis? Duri juga jadi ingin menangis. Tapi, air matanya tidak bisa keluar, atau mungkin bahkan menyatu dengan air. Duri tetap merasakan sakitnya, tapi Duri rasa sudah saatnya membiarkan dirinya tertidur dulu.
"Duri, Kak Taufan mohon, bertahanlah."
=••=
"Duri ... bangunlah. Kau baik-baik saja sekarang."
"Duri ...."
"Duri ...!"
Mata Duri terbuka lebar, pupilnya mengecil. Dia mencoba memproses banyak hal dan pertanyaan-pertanyaan yang berterbangan di kepalanya seperti ada angin ribut. Duri melihat kepala Solar, maksudnya wajah Solar yang berkerut. Sepertinya khawatir dengannya.
Duri ingin duduk, tapi dadanya masih sakit. Untung saja Solar peka, jadi dia membantu Duri.
"Duri, bagaimana keadaanmu?"
"Sesak." Duri kaget sendiri sampai matanya melebar, suaranya serak. Padahal tadi baik-baik saja.
"Maaf, aku tidak bisa menemukan minum. Kau tahu, ayah dari Hansel dan Gretel sudah meninggalkan kita di hutan."
Solar berkata dengan nada sedih. Tapi, Duri sukses dibuat terkaget-kaget. "Eh?"
Setitik sweatdrop imajiner terlihat di pelipis Solar. "Ah, aku lupa memberitahukannya kita sekarang berada di cerita Hansel dan Gretel. Kita berperan menjadi mereka berdua!"
Duri masih loading. Loadingnya sangat lama, dia tidak mengerti. Tapi, senang karena hal ini juga. Pertanyaan-pertanyaan kembali bermunculan di kepalanya, seperti soal ujian.
"Wah, benarkah! Kalau begitu ayo pulang ke rumah! Aku penasaran bagaimana rupa ibu tiri dari Hansel dan Gretel. Dia sangat jahat! Harusnya ibunya saja yang dibuang ke hutan." Wajah Duri merunguf. "Ayo, cepat Solar!"
Solar menatap Duri, yang tiba-tiba berdiri. Berlari-lari kecil, sembari menengok ke belakang, terus meminta Solar untum segera menyusulnya. Solar menghela napas pelan. Dia menunduk, menatap tangannya. Wajahnya berkerut sedih.
"Apa jangan-jangan semakin parah, ya?"
=••=
"Halo, Ibu, Ayah!" Duri tanpa aba-aba mendorong pintu kayu reyot itu, masuk ke dalam rumah tanpa segan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Time [RiSol]
FanficDuri tiba-tiba saja tidurnya terganggu di tengah malam. Saat itu, Duri menyadari, kamarnya yang biasa gelap di malam hari menjadi sedikit lebih terang. Mungkin karena cahaya bulannya, atau mungkin karena buku dongeng Kak Gempa bersinar terang. Eh...