Alunan lagu itu terdengar lagi. Begitu lembut menyapa indra pendengar. Suaranya membuat kantuk menyerang. Memukul mundur semangat menggebu untuk menjalankan hari.
Tiba-tiba, saat hendak jatuh ke dasar mimpi, alunannya berhenti lagi. Kabut hitam semakin banyak mengelilingi tempat itu. Membuat atensinya menghilang tenggelam ditelan kabut.
"Jangan tinggalkan aku ...."
=••=
Solar meneguk ludahnya kasar. Jantungnya bagai bermain drum engan irama monoton. Bola matanya terus-terusan bergulir, mencari fokus lain, asal jangan menatap mata dari pahatan kayu itu. Kakinya terus mundur, tiap kali si boneka kayu mendekat, hingga punggungnya nyaris menempel pada dinding yang dinginnya entah mengapa melebihi freezer.
"Kau mirip dengan orang tadi."
Solar baru bisa bernapas lega saat boneka kayu itu menjauh beberapa senti. Gerakannya sangat terlihat kaku. Perawakannya sangat tepat seperti yang Solar bayangkan tentang dongeng Pinokio.
"Apa kalian kembar?"
Pertanyaan itu berbalas sepi dari Solar. Solar tiba-tiba saja jongkok, duduk menempel pada dinding sembari menyender. Mengabaikan si boneka kayu yang tak henti-hentinya mengoceh tentang seseorang yang mirip dengannya dan barusan dia temui.
'Ck, aku tahu itu. Jadi, berhentilah mengoceh.'
Solar jelas tahu siapa yang dimaksud. Kadang-kadang, kembarannya itu saat bosan, pasti akan mengganggunya di alam manapun dia berada. Tapi, berhubung tadi Solar pingsan, jadi Solar tidak sempat menemui kembarannya dan memberi peringatan untuk berhenti datang sebelum dia kembali ke inti imajinasi Duri.
"Bagaimana cara keluar dari sini?"
Pinokio menoleh, lalu geleng-geleng ribut. "Jangan! Nanti kau akan diubah jadi boneka kayu sepertiku."
"Aku harus keluar. Sebelum, temanku bertindak gegabah." Solar kekeuh tentang hal ini. Matanya menatap wajah Pinokio dengan serius.
"Kau tahu kenapa aku jadi seperti ini? Ya, karna hal itu!"
Solar menatap Pinokio dengan kerutan, dari atas ke bawah. Lantas geleng-geleng sembari menggoyangkan jari telunjuknya. "Bukan, bukan. Itu karena kau bodoh bertindak gegabah."
Pinokio menjatuhkan mulutnya---yang secara harfiah membuat mulutnya seolah lepas. "Apa kau bilang?!"
"Aku bilang---"
Bruk.
Baik Solar maupun Pinokio sama-sama tersentak dengan bunyi kuat itu. Lantas menatap keluar, melihat seorang pria tua pincang yang mulai memukul palunya dengan jeda beberapa detik ke atas kayu. Solar baru menyadarinya, penyebab kakinya pincang, karena pria tua itu menggantinya dengan sebalok kayu dengan ukuran yang tidak pas.
Solar menoleh pada Pinokio. "Kenapa kau ditangkap?"
"Aku anak nakal."
Solar mengerutkan keningnya. "Jadi, maksudmu aku ditangkap karena aku anak nakal? Begitu?"
"Secara harfiah, sepertinya iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon a Time [RiSol]
FanfictionDuri tiba-tiba saja tidurnya terganggu di tengah malam. Saat itu, Duri menyadari, kamarnya yang biasa gelap di malam hari menjadi sedikit lebih terang. Mungkin karena cahaya bulannya, atau mungkin karena buku dongeng Kak Gempa bersinar terang. Eh...