Aku pulang ke rumah dengan senyuman tidak pernah luntur dari wajahku. Aku mendengar semua percakapan antara Catra dan Aldo. Ada tatapan ragu Aldo membuat aku semakin mudah menghancurkan keluarga Pratama.
"Oi abang!" panggil Oliver.
"Ayah bisa tidak bilang permisi dulu saat masuk ke kamarku. Untungnya aku tidak memiliki riwayat penyakit jantung!" kesalku.
"Biasanya juga kamu sibuk dengan bukumu itu!" sindir Oliver.
"Buku di kamarku telah kubaca seluruhnya. Untuk saat ini aku fokus membuat keluarga Pratama hancur secara perlahan-lahan," ucapku menyeringai.
"Aditya sadar. Dia menanyakan keberadaanmu," ucap Oliver.
"Ayah jangan mengatakan tentang rencanaku dan papi ya," peringatku.
"Jangan mengancam ayahmu Othello Pranaja Zayan!" kesal Oliver.
"Ck!" desisku.
Aku mengambil baju ganti dan masuk ke kamar mandi di kamarku. Selesai berganti baju aku dan Oliver pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Aditya. Di lorong rumah sakit semua karyawan menghormatiku dan Oliver. Identitasku sebagai pewaris utama keluarga Pratama masih dirahasiakan oleh Oliver dia berkata itu akan berbahaya bagiku.
Aku mendengar suara rengekan dari seseorang. Aku pergi meninggalkan Oliver tanpa pamit ingin melihat hal yang membuatku penasaran. Tak jauh dari pemandanganku disana ada Aprian, Adrian dan Aldo bercanda bersama Arya. Mereka terlihat seperti saudara yang sangat harmonis tanpa celah. Aku mendekati mereka untuk sedikit memberikan percikan api disana.
"Wah anak pungut berbahagia sementara anak kandung menderita. Takdir yang tak adil sama sekali!" sindirku.
"Kau selalu mengganggu keluarga kami. Apa maumu bocah?!" desis Aprian.
"Mauku mudah kok," ucapku.
"Apa itu cepat katakan?!" pekik Aprian.
"Kalian semua mati," tekanku.
"Kau bukan yang menentukan kematian seseorang!" kesal Aldo.
"Ucapanmu benar. Aku bukan malaikat maut yang bisa mencabut nyawa kalian satu-persatu. Namun kematian kalian akan segera datang sebentar lagi," ucapku.
Aku tersenyum smirk kearah mereka semua. Aku mendekat kearah Arya dan membisikkan sesuatu ke telinga kanan dia. Arya menegang karena ucapanku barusan dan aku membersihkan tanganku menggunakan sapu tangan.
"Aldo dan Arya. Kalian bisa mengetahui semua tentang kebusukan keluarga Pratama. Apabila bergabung denganku untuk menghancurkan keluarga Pratama. Aku hanya menawarkan sekali dan tidak ada untuk kedua kalinya," ucapku.
"Bisa apa kau bocah?! menghancurkan keluarga Pratama! jangan bermimpi!" pekik Aprian.
"Aku pewaris utama seluruh kekayaan keluarga Zayan. Selama ini ayahku merahasiakan keberadaanku dan sekarang aku ingin menunjukkan antesi diriku," ucapku.
"Alasanmu melakukan ini semua apa?" tanya Adrian.
"Menukar segala pesakitan adikku yang telah kalian perbuat," ucapku.
"Aditya Ello bukan adik kandungku!" pekik Aprian.
"Apa maksudmu abang?!" kaget Adrian.
"Ternyata salah satu rahasia itu terbongkar juga ya. Aku akan menantikan kehancuran keluarga kalian sambil tertawa keras," ucapku.
Aku pergi dari hadapan mereka. Aku mendengar suara pertengkaran antara Aprian dan Adrian mengenai Aditya. Aku masih tidak jauh dari sana mendengar setiap pengakuan Aprian mengenai tentang asal usul Aditya yang sebenarnya. Aku telah mengetahui hal ini dari informasi Catra dan Cakra. Oliver membantu melalui perusahaan bahkan kakekku ikut turun tangan menghancurkan keluarga Pratama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Transmigrasi Ello (END)
General FictionNot BL/Only Brothership. Ini hanya kisah tentang keluarga saja tidak lebih. Othello Pranaja Zayan pemuda berwajah tegas, bersifat dingin, datar, minim ekspresi, benci pengkhianatan, baik sama orang yang disayang, dan tidak memandang bulu saat marah...