"Eh, Yud."
Laki-laki yang dipanggil itu pun menatap Evita, yang memanggil namanya. Mereka kini duduk di balkon masing-masing, bersandar pada pembatas balkon dan mengamati langit malam yang bertaburan bintang.
"Kalau di antara kita udah punya pacar, kira-kira bakal deket kayak gini gak, ya?" tanya Evita tanpa mengalihkan pandangannya. Yuda mengedikkan bahunya. "Gue yakin, pasti deket. Malah makin deket!" ucap Yuda dengan nada meyakinkan.
Evita mengernyitkan dahinya. "Kok malah makin deket sih?" tanyanya. Yuda nyengir namun tak mengalihkan pandangannya dari langit malam yang ramai penuh bintang. "Kan, lo yang jadi pacar gue." Yuda menjawab lalu dibalas Evita dengan bersorak kesal.
"Ih, gue serius!" ujar Evita kesal, tangannya berusaha untuk mencubit atau memukul badan Yuda yang terhalang pembatas balkon. "Yah, Ev. Gue aja belom dapet KTP, gimana mau dapet buku nikah?" tutur Yuda.
"Apaan sih, Yud! Ih, lo mah!" seru Evita kesal. Ia mencebikkan bibirnya. "Lho, katanya mau diseriusin?" tanya Yuda lalu menertawai ucapannya.
Hening beberapa saat menyelimuti keduanya. Angin malam berhembus lembut. Beberapa kali terdengar suara helaan napas. "Alex gak inget gue, Yud." Evita tiba-tiba berbicara.
"Kirain, setelah kita ketemu lagi, seenggaknya kita bisa jadi temen. Kan, lumayan temenan sama cowo yang sweet unyu kayak dia. Tapi dianya gak inget, jadinya gue anggep dia si kakak kelas." Lanjut Evita tanpa diminta Yuda.
Terdengar Yuda berdecak. "Ev, kalau gak bisa ngebales perasaan gue, seenggaknya jangan buat sakit hati." Setelah berbicara seperti itu, Yuda bangkit dan masuk ke kamarnya. Meninggalkan Evita yang mematung.
Kali ini, angin yang berhembus lembut menjadi menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Almighty
Short Story[TR 2] Evita bagi Yuda, terasa jauh namun sedekat nadi. Seperti ada sekat di antara mereka. Yuda bagi Evita, bagai suatu pulau yang indah. Seperti tempat untuk bersinggah. Bagaimana dengan Alex? copyright © 2015 by rdnanggiap.