Evita memasuki kamarnya dengan senyum tercetak pada bibirnya. Alex benar-benar orang yang menyenangkan.
Tiba-tiba sekelebat bayangan Yuda mendistraksi pikirannya. Evita merasa, Yuda menjauhinya. Menghindarinya.
Diletakkannya tas kecilnya di atas kasur lalu berjalan ke balkon dan meloncati pembatas balkon untuk ke kamar Yuda. Diintipnya kamar Yuda dari jendela kamar laki-laki itu.
Ada sesuatu yang berbeda dari kamar laki-laki itu. Sebelumnya, kamar laki-laki itu sangat rapi karena Evita selalu mengomelinya untuk merapikan kamar Yuda. Dan sekarang, kamar itu seperti kamar laki-laki kebanyakan.
Beberapa poster band kesukaannya dipasang pada dinding. Baju kotor berserakan di kursi dan di lantai. Bola basket ada di atas tempat tidur. Lemari piala kebanggaan Yuda saat kompetisi basket pun kosong dan diganti dengan album-album band.
Sebenarnya, Evita tidak memedulikan penataan ulang kamar laki-laki itu. Tapi karena adanya meja belajar yang tidak pernah dipakai Yuda itu, kini diletakkan di depan pintu balkon. Menghalangi pintu balkon, sehingga pintu balkon tidak bisa dibuka dan dilalui lagi.
Evita mendengar suara deru motor dari bawah sana. Buru-buru ia meloncati pembatas balkon dan memasuki kamarnya. Evita memejamkan matanya sambil bersandar pada pintu balkon kamarnya.
Ketika Evita membuka matanya, ia berjalan menuju meja belajarnya lalu merobek kertas lalu menuliskan sesuatu. Setelah selesai menulis, ia berjalan menuju balkon.
Baru beberapa langkah, ia berhenti. Membaca ulang tulisannya.
Seenggaknya, lo kasih tau alesan lo kenapa ngehindarin gue.
Evita menggelengkan kepalanya lalu meletakkan potongan kertas itu di atas meja belajarnya.
Terlalu gengsi.
---
a.n: woohoo! triple update!
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Almighty
Historia Corta[TR 2] Evita bagi Yuda, terasa jauh namun sedekat nadi. Seperti ada sekat di antara mereka. Yuda bagi Evita, bagai suatu pulau yang indah. Seperti tempat untuk bersinggah. Bagaimana dengan Alex? copyright © 2015 by rdnanggiap.