Bab 21: Dia menghilang

1.9K 306 24
                                    

🌸🌸🌸

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌸🌸🌸

Dilihatnya sang kakak sudah tidur dengan lelap, memeluk erat guling tebal di sebelahnya. Sementara itu, disisi lain gadis ini merasa bingung, cemas, dan... khawatir. Dimana kakak sulungnya itu sekarang? Kenapa tak kunjung pulang?

Reva, gadis itu menggigit ujung kuku jarinya. Dia memutuskan untuk tidak tidur karena ingin menunggu Azhiva pulang, namun, ditunggu demi tunggu, kakaknya tidak juga kembali.

Dimana dia sebenarnya?

Gadis itu berlari keluar dari kamar, menuju ke ruang depan untuk memastikan apa kakaknya sudah pulang atau belum. Di ruang depan ada Marissa, gadis itu masih pulas di sofa, tidak pindah ke kamar. Sudah di pastikan Azhiva juga belum kembali. Karena jika sudah, tak mungkin kakaknya tidak mengajak Marissa untuk tidur di kamar saja.

"Kak Zi, kemana? Kenapa belum pulang juga?" ucap Reva. Gadis itu memandangi keluar jendela, hujan masih turun deras.

Jam di dinding sudah menunjukkan pukul dua pagi. Apa memang biasanya Azhiva tiba sepagi ini? Atau lebih pagi lagi?

"Rev."

Reva menoleh, melihat Marissa yang kini bangkit, menatapnya dengan mata yang masih sedikit tertutup. "Kamu ngapain disitu? Kok gak tidur?" tanya nya dengan suara serak.

"Aku nunggu Kak Zi."

Seketika mata Marissa terbuka sempurna, gadis itu berjalan menghampiri saudarinya ini. "Jam segini belum pulang?" tanya Marissa.

"Belum. Kak Zi emang biasanya pulang jam berapa?" tanya Reva.

"Biasanya kalau aku suka ke bangun untuk ke kamar mandi di jam sekitar setengah dua an gitu, Kak Zi udah tidur di sebelah ku. Artinya, jam segini seharusnya udah di rumah," jelas Marissa merinci. Penjelasan Marissa membuat Reva kian tak tenang.

Bibirnya sudah gemetar, Reva malu jika harus menangis di depan Marissa. Namun di satu sisi, dia mau tau dimana kakaknya itu? Kenapa belum pulang?

"Kak Zi kemana?" lirih Reva dengan suara gemetar nya. Marissa mengelus pundak Reva perlahan. Berusaha menenangkan. "Tenang, Rev. Mungkin macet atau.... "

"Sa, jam segini mana macet? Orang-orang tidur."

"Oh, siapa tau Kak Zi udah di kamar. Gimana kalau kita lihat?" Marissa mengatakannya dengan semangat. Berusaha membuat suasana terlihat tenang sementara waktu.

Marissa menarik tangan Reva dengan cepat menuju ke kamar Azhiva. Reva hanya ikut, berharap apa yang Marissa pikir itu benar, meski dia tidak yakin.

"Gak ada."

Marissa dan Reva saling menatap. Kamar kosong, tidak ada orang disini selain mereka berdua. Kasur masih rapih tanpa jejak. Kakaknya benar-benar tidak ada.

•••

Paginya saat bangun untuk sholat subuh, Cethava yang keluar dari dalam kamar menyaksikan pemandangan dimana, kedua adiknya tidur di ruang depan. Marissa yang tengkurap di atas sofa, dan Reva yang duduk di karpet sambil bersandar pada kaki sofa.

Pelangi Tanpa Warna | end.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang