5 ❥

60 7 20
                                    

Haii!!!

Ketemu lagi yeayy!!!

Langsung aja ya, Enjoy!

Jangan lupa vote and comment ya!



Pulang dari Cafe tadi Atlanta dan Recissa memutuskan berkunjung ke tempat yang biasa mereka datangi. Sebuah Rooftop di hotel milik Papi Recissa. Mereka sering sekali ke sini untuk menghabiskan waktu berdua. Disini pun sudah disiapkan sofa dan berbagai barang lainnya sesuai dengan keinginan Recissa. Kini mereka sedang duduk diatas sofa itu dengan Recissa di rangkulan Atlanta.

"Mereka udah mulai curiga Lan. What will we do know?" Tanya Recissa memecah keheningan diantara mereka.

Atlanta hanya diam tak menjawab apapun. Setiap kali Recissa menanyakan tentang ini ia akan sesalu diam. Pasalnya ia tak tau harus menjawab apa dan melakukan apa. Masalah ini sangat rumit.

"Ah just forget that. Sekarang aku mau nikmatin malam ini dengan tenang." Recissa dengan tiba-tiba beralih ke arah pinggir rooftop memandangi bintang diatas sana dengan tangan bertumpu pada pagar di sekeliling rooftop.

Atlanta berjalan mendekat dengan perasaan yang tak karuan. Melihat Recissa yang seperti ini membuat nya merasa kehilangan sesuatu. Senyum yang biasanya selalu muncul di wajah gadis itu kini hilang. saat sampai dibelakang Recissa dengan pelan ia meletakkan tangannya melingkar di perut gadis itu. Menumpukan kepalanya di bahu Recissa. Menikmati angin malam ini. Recissa hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Perasaan nya kini juga tidak karuan. Ia merasa pembahasan tadi membuat mood nya seketika hancur.

"I'm sorry." Atlanta mengecup singkat bahu Recissa yang tertutup dengan sweater yang dikenakan gadis itu. Lagi-lagi Recissa hanya diam tak mengeluarkan suara apapun. Ia hanya menikmati pelukan hangat dari Atlanta yang sialnya selalu nyaman baginya.

"Just wait Cissy. I won't broke my promise." Atlanta kini membalikkan tubuh Recissa untuk menghadapnya. Recissa kini hanya menunduk seakan tak mau menatap mata Atlanta yang kini sedang menatap nya lekat.

"When?" Ujar Recissa dengan nada rendah. Ia sedang menahan air mata nya agar tidak jatuh dihadapan Atlanta. Atlanta kembali tak mengatakan apapun mengenai hal ini namun kini ia menarik Recissa kedalam pelukannya. Recissa tak bisa menahan air mata nya lagi. Ia kini menangis di pelukan Atlanta. Pelukan ternyamannya. Atlanta sendiri hanya bisa terdiam. Ia melakukan hal ini juga demi Recissa. Ia tak bisa segera mengakhiri ini.

✧✧✧✧✧

"Jangan pernah sentuh dia lagi. I warn you!"

"Sejengkal saja anda berani mendekatinya, siap-siap terima konsekuensinya. I always watching you! Don't dare you!"

"Satu lagi, jauhkan anak buah anda yang tidak becus itu. Anak buah anda yang bodoh itu hanya akan berbuat sia-sia." Atlanta menekankan setiap kata yang ia ucapkan. Ia terdengar marah dengan lawan bicaranya itu. Atlanta menyenderkan tubuhnya di kursi yang ada di sebuah gudang kosong tempat mereka saat ini.

"Siapa sih At?" Tanya Altean yang berada disampingnya. Ia penasaran dengan siapa temannya ini bertelponan karena sedari tadi Atlanta kelihatan marah dengan wajah yang menegang. Jarang sekali Atlanta mengekspresikan wajahnya seperti tadi. Altean memperhatikan raut wajah Atlanta sedari tadi saat Atlanta mengangkat telepon itu. Ia kelihatan tak tenang, gusar lalu marah dan menegang seperti tadi.

"Nothing." Atlanta kembali memasukkan telepon genggam nya ke dalam saku seragam sekolahnya. Ia mencoba mengontrol ekspresinya saat ini. Dengan santai Ia mengambil sebatang rokok yang tadi ia letakkan. Atlanta kembali menghisap sebatang rokok itu. Ia sangat menikmati setiap hisapan yang ia rasakan seakan beban hidupnya hilang dengan menyesap barang candu itu. Barang yang selalu menjadi pelampiasannya saat sedang banyak masalah atau pikiran. Siang ini saja Atlanta sudah menghabiskan hampir satu kotak rokok. Gila memang, tapi ia melakukan ini hanya ketika beban pikiran nya sedang banyak. Recissa sangat membenci roko. Ini saja Recissa tak tau. Bisa-bisa ia memarahi Atlanta habis-habisan kalau ia tahu Atlanta masih merokok. Recissa saat sedang marah sangat menyeramkan asal kalian tahu.

"Sekali-kali cerita kek sama kita. Jangan dipendem sendiri mulu. Kayak gak punya temen aja lo!" Revano menatap Atlanta dengan wajah tengil nya. Sebenarnya cowok itu hanya berniat menggoda Atlanta saja, namun kata-kata Revano membuat Atlanta seketika terdiam. Memang selama ini ia tak pernah menceritakan apapun kepada  teman-teman nya. Atlanta sangat tertutup dengan masalah pribadinya. Sampai kadang teman-temannya binggung dengan kehidupan cowok itu. Sangat misterius. Saking tertutupnya, jarang ada yang mengetahui mengenai keluarga Atlanta di AHS ini. Semua orang  tak ada yang berani berurusan dengan seorang Xerion Atlanta Varoen. Entah karena apa, mungkin karena wajah sangar yang ditampakkan oleh cowok itu.

"Dia kan ceritanya cuma sama Cissa Van. Lo paksa juga nih anak gak bakalan cerita." Altean terkekeh menatap Atlanta yang juga ikut terkekeh dibuatnya. Memang benar perkataan Altean, hanya Recissa yang selama ini mendengar keluh kesah nya dan segala permasalahannya. Oh mungkin tak semua, ada hal yang tak seharusnya Recissa tahu. Ada hal yang Atlanta usahakan tak diketahui oleh Recissa. Sebenarnya kehidupannya tak perlu gadis itu ketahui karena akan membawa gadis itu dalam bahaya. Namun ia juga tak bisa jika tanpa Recissa.

"Gue penasaran deh gimana sih cara lo dapetin tuh cewe? Mantep bener cara lo secara kan Recissa cewek tercantik se-angkatan kita cuy!" Revano bertanya dengan serius. Ya memang teman-teman Atlanta sudah mengetahui hubungan keduanya. Ini juga karena kecerobohan Atlanta sendiri. Ia tak bisa tahan untuk tak bersentuhan fisik atau menganggu Recissa di tempat umum. Kemarin malam Altean memergoki Atlanta bermain kaki dengan Recissa (Chapter 4). Altean cukup terkejut dengan perbuatan sahabatnya itu. Pasalnya selama ini Atlanta tak pernah kelihatan bersentuhan fisik bahkan mengobrol secara intens dengan perempuan lain. Namun kali ini ia melihat sahabatnya ini sedang menggoda gadis yang selalu dirumorkan berpacaran dengannya. Sangat mencurigakan. Setelah itu Altean langsung bertanya kepada Atlanta mengenai hubungan mereka. Setelah Altean mengetahui tentang hubungan mereka berdua, dengan segala informasi yang ia miliki akhirnya Revano juga tahu.

"Ganteng dulu." Atlanta tersenyum mengejek menatap ke arah Revano. Cowok yang diejeknya itu hanya mendengus kasar. Ya memang sih Atlanta ini tampan bahkan sangat tampan. Wanita mana yang tak mau dengan dia?

"Sialan lo At!" Revano dengan kesal melempar Atlanta dengan putung rokoknya yang sudah tidak menyala. Atlanta dengan cepat menghindar dan tertawa sembari melipat kedua tangannya di depan dada. Wajah menjengkelkan Atlanta membuatnya semakin ingin melempar sesuatu yang lebih besar ke wajah cowok itu. Sangat menyebalkan memang cowok satu ini. Altean hanya tertawa melihat tingkah kedua temannya. Ia selalu menjadi penengah dan yang netral saja selama ini. Namun ia sangat menikmati berteman dengan mereka berdua. Yang satu nya super irit bicara, yang satunya super hiperaktif.

✧✧✧✧✧

to be continue.....

MiracolousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang