41. Real Happiness

11.8K 713 39
                                    

Satu keberhasilan adalah satu kemenangan untukku.

Karel Abraham.

Chapter forty-one - title - Real happiness

Pas sekali pagi ini cuacanya sangat bagus, Rere keluar dari rumah untuk menikmati angin pagi ini sembari jalan-jalan di kompleknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pas sekali pagi ini cuacanya sangat bagus, Rere keluar dari rumah untuk menikmati angin pagi ini sembari jalan-jalan di kompleknya.

Banyak daun-daun yang berserakan dimana-mana, suara burung yang jelas di tambah awan cantik yang menghiasi pagi ini.

Rere berjalan ke arah kanan untuk membeli sesuatu, ada tukang sayur yang biasa lewat rumah. Biasanya bik Jumi yang belanja sih, tapi karena Rere penasaran jadi ia saja ke tukang sayur.

Cukup komplit di sini, tapi matanya melihat ke arah jajanan pasar. Ia mengambil lemper, kue apem, bakpao hijau yang selama ini ia idamkan ada disini jadi dirinya ambil 5, lalu mengambil bolu kukus dan juga risol. Rere mengambil masing-masing 5.

“Eh nak Rere baru kelihatan, sudah besar ya kandungannya.” Tanya Bu putri sekalu tetangga Rere.

Rere mengangguk tersenyum. “Iya buk, suka di larang suami buat keluar. Mumpung ada kesempatan keluar deh hehehe sekalian olahraga.”

“So sweet ya suaminya nak, dulu waktu ibu hamil gak di posesif kayak kamu.” Celetuk Bu Sarmi.

“Duh enak gak enak buk hehehe, jadi random aja rasanya.” Jawab jujur Rere.

Kedua ibu-ibu itu mengangguk setuju, mereka yang merasakan bebas saja cukup senang apa lagi memiliki suami posesif seperti Rere.

“Kandungannya sepertinya gak biasa nak, kembar ya?” tanya Bu putri yang kepo.

“Alhamdulillah iya, dapat rezeki langsung di kasih dua hehehe.” Ucap Rere mengelusi perutnya.

“Kuat ya nak, masih muda padahal.” Tutur Bu Sarmi yang menimbrung.

Rere hanya mengangguk tersenyum, ia meminta pada Abang penjualan sayur untuk menghitung semua belanja Rere, takut suaminya bangun jadi harus agak buru-buru.

“Ini jadi 45ribu.” Ucap Abang penjualan sayur.

Rere menyerahkan selembar uang biru. “Ambil aja kembaliannya bang. Ibu-ibu saya permisi duluan ya, mari.”

Rere langsung meninggalkan tempat ini, berjalan kembali dengan santai menuju rumah. Sesampainya didalam ternyata suaminya sudah terduduk di sofa dengan pandangan tajam.

“Dari mana aja? Terus lo bawa apaan itu?” tanya Rey.

“Dari depan rumah, tadi Rere jalan-jalan gak sengaja liat tukang sayur yang biasa lewat yaudah kesana deh. Liat Rere habis beli jajanan pasar.” Tunjuk Rere pada dua plastik yang ia bawa.

Geofrey Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang