Hyungseok terpuruk karena kehilangan teman satu-satunya, dia tak mau makan dan tak kunjung keluar dari kamarnya.
Setiap hari, dirinya memandangi foto Jonggun di ponsel pemberian dari Jonggun, pikirannya kacau yang lama kelamaan membuat air matanya menetes, "Aku merindukanmu, Gun." Ucapnya lirih.
Ada waktu beberapa hari lagi untuk keluar dari keterpurukannya, dirinya harus mulai semangat lagi karena akan memasuki jenjang sekolah menengah pertama. Ia mendapatkan informasi dari ibunya kalau ada sekolah yang membuka jasa beasiswa.
Namun tetap saja, kini semangatnya sulit untuk di bangun. Air mata pun kian menetes tanpa kenal waktu.
Terhitung sudah 3 hari dirinya duduk diam di dalam kamar tanpa makan dan minum, matanya sudah sangat bengkak karena terus menangis.
"Hyungseok!" Suara familiar memasuki gendang telinganya.
Apa dia kembali?
"Hyungseok!" Kini suaranya terdengar asing, ia merasa suara itu dipenuhi kesedihan.
Hyungseok terbangun dari mimpinya dengan berlinang air mata, ia sendiri pun kaget. Bagaimana bisa dirinya menangis.
"Hey! Kau tak apa apa?" Hyungseok kembali terkejut, ternyata suara familiar itu bukan sekedar mimpi. Dirinya menoleh pada sumber suara.
Bentuk wajahnya sangat familiar namun penampilannya sangat asing, Hyungseok kembali mengingat apakah dirinya pernah bertemu orang ini.
"Kamu siapa?" Tanyanya sambil terus memandangi wajah orang tersebut.
"Aku—" Ucapannya terpotong karena ada seorang lelaki yang memasuki ruangan itu.
"Seseorang membuat keributan, dia terus memanggil manggil nama Park Hyungseok." Jelasnya lalu kembali berlari keluar untuk memastikan kondisi disana.
"Mengganggu saja!" Geraman penuh amarah terlontar, Hyungseok terdiam melihat begitu menyeramkannya orang itu ketika sedang marah.
Dirinya berpikir mungkin rasa familiar itu hanya karena perasaan kesepiannya yang mulai meronta karena orang yang ia kenal sangat jauh berbeda dengan orang yang bersamanya sekarang.
Beberapa jam sebelum Hyungseok terbangun, orang yang mengikuti Hyungseok tak lain adalah Lee Jinsung. Dirinya tahu anak itu pasti semakin penasaran jika di larang makanya Jinsung mengikuti Hyungseok.
Ia tak menyangka ketika persembunyian Hyungseok dapat di ketahui sedangkan dirinya tidak, melihat teman yang akan di pukul beberapa saat ia berpikir untuk menolongnya hingga muncullah seseorang yang membuat Jinsung mengurungkan niatnya.
"Lepaskan dia, Junggoo." Suara itu terdengar tenang namun penuh penekanan, orang itu—Kim Junggoo— melepaskan cengkeramannya pada Hyungseok yang sudah pingsan.
Orang yang Jinsung kira adalah ketua 4 Maincrew membawa Hyungseok ke suatu tempat.
‘Inilah saatnya!’
Jinsung keluar dari persembunyiannya setelah orang itu membawa Hyungseok masuk, dirinya langsung menghajar anak buah geng itu tanpa ampun kecuali Burn Knuckle karena saat seseorang mengusulkan untuk menghabisi Hyungseok, mereka hanya diam.
Tak terasa tenaganya mulai habis, di kejauhan Jinsung mendengar seseorang yang memanggilnya.
"Lee Jinsung!" Perkelahian itu terhenti karena teriakan dari seorang anak manis di ujung ruangan.
Jinsung menoleh tanpa takut di serang mengingat semua orang tengah terpaku, "Park Hyungseok!" Ia memanggil anak itu dan segera berlari mendekatinya.
"Hosh.. Hosh.. Kau.. Hosh tak apa apa?" Tanyanya sambil tersengal, Hyungseok tersenyum dan mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate is Never Wrong (GunSeok)
FanfictionDulu Hyungseok dijauhi oleh seisi kelas karena keadaan finansial keluarganya yang kurang baik namun berbeda dengan Jonggun, anak dengan paras bak malaikat serta kebaikan hatinya ingin menjadi teman Hyungseok tetapi sayang ketika Hyungseok dan Jonggu...