0.7 Heboh!

329 53 13
                                    

Hari ini Hyungseok berangkat bersama Jonggun, bukan dirinya yang menginginkan hal itu tetapi Jonggun lah yang memaksanya.

Mau tak mau Hyungseok menurutinya, dirinya sudah tiba di depan gerbang sekolahnya. Ia turun dari mobil Jonggun lalu melambaikan tangannya sambil tersenyum, setelah itu Jonggun pun pergi.

"Kenapa harus bersama dia, suasananya 'kan jadi aneh!" Gerutu Hyungseok.

Hyungseok masih berdiam diri di tempat sampai terdengar suara langkah kaki yang begitu ramai.

"Hyungseok! Tadi itu siapa?" Tanya Krystal dari kejauhan, Hyungseok menoleh dan melihat teman teman berbondong-bondong mendatanginya.

"Hanya teman." Jawabnya singkat.

Jay hanya diam sambil memandangi Hyungseok, dirinya sedang berpikir keras. Hyungseok yang menyadari itu pun tak terlalu menggubrisnya.

"Kau pasti bohong, seorang Park Hyungseok tak memiliki teman selain kita." Canda Haneul, namun sepertinya hal itu terlalu sensitif untuk di sebut sebuah candaan.

Hyungseok tak menanggapinya lalu berjalan menuju kelasnya, Mijin yang daritadi sudah menahan diri ingin mencubit Haneul pun akhirnya melakukannya.

"Harusnya kau tidak mengucapkan hal yang seperti itu, kau tidak lihat dia jadi sedih!" Omel Mijin.

"Aakh! Lepaskan, sakit!" Keluh Haneul.

Mereka bicara dengan bisikan karena tak ingin Hyungseok mendengarnya namun hal itu tak luput dari perhatiannya.

Pelajaran pertama telah dimulai, Hyungseok tak dapat fokus karena tanpa di sengaja ia terus memikirkan Jonggun.

Guru yang tengah menjelaskan materi pelajaran tersebut terus memanggil Hyungseok agar membacakan salah satu paragraf di buku namun sama sekali tak mendapat jawaban dari anak itu.

Jinsung juga sudah berusaha menyadarkan Hyungseok namun tak berhasil.

Sang guru mendatangi meja Hyungseok, "Park Hyungseok! Berhenti melamun dan perhatikan materi yang tengah saya jelaskan!" Teriak guru itu tepat di dekat telinga Hyungseok.

Tentu saja Hyungseok kaget dengan teriakan sang guru, ia hampir saja berteriak jika tangan Jinsung tidak cepat membungkamnya. Hyungseok kembali memperhatikan materi yang guru tersebut ajarkan.

"Maaf, Pak." Ucapnya, pembelajaran kembali berlanjut. Tak banyak suara yang keluar dari para murid lain membuat proses pembelajaran terasa begitu cepat.

Kriingg..

Waktu istirahat pertama sudah datang, Hyungseok tak ikut bersama Jinsung dan kawan-kawan lainnya. Ia ingin pergi ke toilet karena merasa ada yang tak beres dengan dirinya.

Begitu juga dengan Jay.

Walaupun kelas mereka berbeda tapi Jay selalu memperhatikan Hyungseok, karena ia adalah anggota organisasi sekolahnya jadi wajar saja ia sering tak mengikuti pembelajaran.

Di toilet, Hyungseok tengah mencuci mukanya lalu berkaca, "Kembalinya dia sangat berpengaruh pada kehidupanku." Monolognya.

Jay muncul dari belakang tembok, ia mendekati Hyungseok.

"Bibirmu terlihat membengkak, Hyungseok." Ucap Jay, Hyungseok terkejut mendengar suara Jay yang tiba tiba terdengar.

Ia menoleh pada Jay, anak itu terlihat berwajah sendu setelah berucap tentang bibir Hyungseok. "J–Jay kapan kau—" Kalimat Hyungseok terpotong karena ibu jari Jay mengelus bibirnya.

Mata itu memperlihatkan emosi yang bercampur aduk, "Kau berciuman dengan siapa?" Tanya Jay, Hyungseok menggeleng kuat.

Tidak mungkin Hyungseok memberitahu pada Jay dengan siapa ia berciuman.

Fate is Never Wrong (GunSeok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang