0.6 Malam Bersamanya

431 61 18
                                    

Singkatnya kini Hyungseok telah sampai di basement gedung apartemennya, saat ia hendak keluar dari mobil tangan Jonggun menahannya.

"Aku antar." Ucapnya hangat karena ia mengetahui Hyungseok masih merasa takut, Hyungseok hanya mengangguk.

Mereka berjalan beriringan masuk kedalam gedung, menaiki lift yang cukup sepi. Entah mengapa sangat sepi padahal ini masih belum terlalu larut. Mereka sudah tiba di depan pintu apartemen Hyungseok, anak manis itu berbalik dan menatap Jonggun dengan senyuman manisnya.

"Ingin singgah sebentar?" Tawar Hyungseok.

Jonggun merasa senang ketika sang pujaan hatinya memberi tawaran untuk singgah. Tak menyia-nyiakan kesempatan, Jonggun tentu saja akan menerimanya.

"Tentu saja, siapa yang akan menolak untuk berduaan dengan lelaki manis sepertimu." Candanya, Hyungseok tertawa kecil lalu kemudian berbalik dan memencet tombol pin di pintu apartemennya.

Dirinya terkejut ketika sebuah tangan kekar melingkar di perutnya, siapa lagi kalau bukan Jonggun.

Pipi Hyungseok sedikit merona ketika pikirannya memikirkan hal yang begitu liar, ia mencoba melepaskan pelukan itu namun bukannya mengendur pelukannya malah semakin kuat.

Mereka masuk sambil berpelukan, cukup sulit namun bagaimana lagi. Jonggun terlihat sangat menyukai pelukan itu, Hyungseok tak ingin membuatnya bersedih.

Pintu tertutup dengan otomatis, mereka berdiam diri di tempat terakhir kali mereka berdiri. Hyungseok merasakan telinganya begitu geli akibat napas Jonggun yang entah di sengaja atau tidak mengenai telinganya.

"Hyungseok, kau itu sangat menggoda." Suara bariton terdengar jelas dari telinganya, Jonggun sengaja melakukan itu agar Hyungseok terangsang.

"Gun, berhentilah. Kaki ku mulai mati rasa." Ucap Hyungseok untuk mengalihkan perhatiannya dari suara bariton milik anak di belakangnya.

"Aku ingin mencium bibirmu." Suara menggoda itu kembali terdengar, kaki Hyungseok sudah sangat lemas, dirinya tak bisa menahan aura dominan yang Jonggun keluarkan.

Pertahanannya hancur, saat Hyungseok akan menyentuh lantai yang dingin, ia di tahan oleh tangan yang sedari tadi memeluknya. Dengan sengaja Jonggun membalikkan tubuh kecil itu dan menyatukan bibir mereka berdua.

Hyungseok ingin sekali mengeluarkan protesnya namun tenaganya sudah tak tersisa banyak, bibir Jonggun melumat bibirnya, ciuman itu terasa begitu panas.

Ia lebih memilih untuk memejamkan matanya dan memeluk leher Jonggun serta meremat rambut pendek pemuda bermarga Park itu hingga berantakan.

Menikmati apa yang Jonggun berikan.

"Mhh.. Hmphh." Desahan yang tertahan mulai keluar dari mulut Hyungseok ketika lidah Jonggun berhasil memasuki mulutnya dan melilit lidah Hyungseok.

Pipinya yang sudah merona kembali lebih merona lagi, juga saliva yang menetes dari sela sela ciuman mereka menambah kesan panas.

"Gun.. Hmphh Nnnh.." Selain tangan Jonggun yang menahan tubuh Hyungseok, tangan lainnnya ia gunakan untuk mengelus punggung hangat Hyungseok dari dalam pakaian.

Jonggun tak ingin Hyungseok beristirahat, ia menghimpit anak itu di dinding, lututnya ia tempatkan di sela sela paha Hyungseok dan ia gesekkan dengan penis yang masih terbungkus oleh celana.

Hal itu membuat desahan Hyungseok semakin menjadi, ditambah anak itu mulai kehabisan napasnya.

"Amhh.. Gun Mhh Khhh.." Rematan Hyungseok di rambut Jonggun kian menguat.

Fate is Never Wrong (GunSeok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang