1.1 Membolos

240 47 15
                                    

Jonggun mengantarkan Hyungseok yang sudah tertidur ke kamarnya, ia membaringkan tubuh ringan itu di kasur lalu menyelimutinya. Setelah selesai membuat Hyungseok tidur dengan nyaman, ia kembali ke ruang tamu dan duduk disana sambil memainkan ponselnya.

Keheningan malam tak membuatnya takut, dirinya sedang menghafalkan beberapa rumus matematika.

Setelah berpisah dengan Hyungseok beberapa tahun lalu, ia berambisi untuk menjadi anak pintar agar bisa cepat menghasilkan uang dan perjuangannya tak sia sia karena satu tahun lagi ia akan segera lulus dari sekolah menengah atas.

Berjam-jam Jonggun gunakan untuk menghafal rumus itu namun tak kunjung menerap di otaknya.

"Memang akan lebih mudah jika diajari oleh Hyungseok." Monolognya.

Hyungseok sendiri terbangun entah karena apa, setengah sadar ia keluar dari kamarnya dan menghampiri Jonggun lalu duduk di pangkuannya dengan kepala yang bersandar di dada Jonggun.

"Kenapa malah tidur di pangkuanku?" Tanya Jonggun sambil mengelus punggung anak itu agar merasa nyaman.

"Mhm.. Nyaman." Igau Hyungseok, Jonggun terkekeh.

"Haruskah aku menemaninya di kasur?" Sejenak ia berpikir tentang konsekuensi yang akan di dapat namun akhirnya mengabaikannya juga.

Kembali, Jonggun membawa Hyungseok ke kamar dan membaringkannya lalu ia berbaring di samping Hyungseok.

"Aku akan tidur, jadi kamu jangan terbangun lagi." Ucapnya lalu memeluk Hyungseok.

Matahari sudah menampakkan dirinya dan bersinar, malam sudah berganti siang. Kedua anak Adam masih saja berpelukan di atas ranjang padahal matahari sudah naik cukup tinggi.

Suasana di apartemen Hyungseok masih saja gelap karena keduanya belum juga terbangun hingga akhirnya yang lebih tua terbangun.

"Andai kau bisa lebih terbuka." Gumam Jonggun sambil terus mengelus kepala Hyungseok dengan penuh kasih sayang.

Jonggun telah mengetahui apa yang di alami oleh Hyungseok dari Haneul, ia menerka dan menghubungkan semua hal yang dirinya ketahui lalu mendapatkan suatu jawaban yang sebenarnya tak ingin ia ungkapkan.

"Mmh.. Gun?" Panggil Hyungseok sambil berusaha untuk menstabilkan pikirannya.

"Aku disini." Ujar Jonggun dengan nada lembut dengan tangan yang masih mengelus kepala Hyungseok.

"Hari ini aku malas sekolah." Ucap Hyungseok setengah sadar, Jonggun makin yakin dengan terkaannya.

Hyungseok kembali memeluk Jonggun dengan erat dan menenggelamkan wajahnya di dada Jonggun, "Baiklah, mari kita membolos."

Pastinya kalian sudah tahu kalau Hyungseok itu adalah anak yang menyukai sekolah dan belajar, tentunya ada suatu hal yang membuatnya malas untuk datang ke sekolah, itu akan ia urus nanti.

Jonggun memperhatikan Hyungseok yang kembali memejamkan matanya, "Matamu bengkak." Ujarnya.

Chuu! Chuu!

Ia mengecup kedua mata Hyungseok yang membuat si empu jadi salah tingkah.

"Nanti tambah bengkak." Lantur Hyungseok, Jonggun terkekeh sambil kembali mengecupi seluruh bagian dari wajah lelaki manisnya.

"Uhh.. berhenti, Gun." Akhirnya Jonggun menuruti kemauan Hyungseok, kini ia menatap pemuda manis didepannya dengan lamat.

Pagi ini Hyungseok terus di buat salah tingkah karena perlakuan manis dari Jonggun, dengan kesal ia memukul dada yang lebih tua.

Fate is Never Wrong (GunSeok)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang