"Lihat anak itu! Kenapa setiap hari dia menggunakan seragam yang lusuh." Semua orang tertawa mendengar ejekan seorang anak dikelas.
Yang diejek hanya dapat diam karena memang begitu adanya, keluarganya yang kekurangan finansial berakibat pada dirinya yang hanya mempunyai satu seragam saja yang membuat dia harus menguatkan mental.
"Sudah miskin, buruk rupa lagi." Kembali gelak tawa terdengar, Hyungseok tak menghiraukan semua perkataan anak-anak nakal dikelasnya karena ia tidak bisa melakukan apapun.
"Kalian berisik sekali." Seorang anak lelaki yang sedari tadi berdiam diri duduk di bangku pojok kiri merasa terganggu dengan ocehan-ocehan anak lainnya.
Semua anak langsung diam, tak ada yang berani untuk membuka suara lagi, mereka takut pada anak itu yang terkenal di umurnya yang masih berusia 12 tahun sudah dapat mengikuti kejuaraan seni beladiri Aikido dan berhasil menjadi peringkat pertama.
Ya, mereka semua masih berada dibangku sekolah dasar termasuk anak juara Aikido juga.
Perundungan yang terjadi di setiap kelas di sekolah dasar Hyungseok tak pernah sekalipun dilihat oleh guru–guru disana, mereka seakan-akan tak mengetahui apapun.
Hyungseok mengharapkan adanya guru yang masuk namun sepertinya tidak mungkin karena ini waktu jam kosong tetapi ia masih bisa tenang karena sebentar lagi waktu istirahat tiba.
Kringgggg!
Terdengar bunyi lonceng tanda waktu istirahat sudah tiba, semua anak dikelas Hyungseok berhamburan keluar kecuali dirinya dan anak yang kembali tidur dipojokan sana.
Hyungseok membuka bekal yang telah dibuatkan oleh ibunya, ia tersenyum melihat bekalnya yang begitu cantik dan saat ia mencicipi masakan ibunya, seperti biasa masakan itu sangat enak.
Sepertinya memang semua orang tak menyukai dirinya tetapi tak apa, masih ada ibunya yang menyayangi dirinya.
Anak yang duduk dipojokan terbangun karena mencium aroma lezat dari tempat Hyungseok, ia pun mendekati Hyungseok.
"Hey, aku ingin mencobanya." Ucapannya yang tiba–tiba membuat Hyungseok terkejut, anak itu menoleh dan menatap anak disampingnya dengan tatapan takut.
‘Aku lupa masih ada dia disini’
Jantungnya terasa akan meledak menerima semua rasa gugup dari jiwa Hyungseok.
"I–ini." Ucapnya sambil menyodorkan bekal ditangannya, anak dengan nametag Park Jonggun menerima bekal itu lalu mencobanya.
Rasa senang mulai merembes ke seluruh tubuhnya saat memakan bekal Hyungseok, si pemilik bekal senang melihat perubahan ekspresi Jonggun namun ia masih takut untuk mengeluarkan suara.
Jonggun mengembalikan bekal itu setelah beberapa suapan dan ketika hendak kembali ke tempat duduknya Hyungseok mengeluarkan suaranya.
"Ehm.. Kak Jonggun kalau masih ingin memakan bekalku.. ki–kita bisa memakannya bersama."
Jonggun menghentikan langkahnya yang membuat jantung Hyungseok kembali tak karuan.
"Aku tak lapar, kau habiskan saja sendiri."
Terlihat Hyungseok sedih dengan penolakan dari Jonggun namun Jonggun tak mempedulikannya.
Jonggun kembali duduk ditempatnya dan tidur, lagi.
Hyungseok menyantap bekalnya sampai tak tersisa sebutir nasi pun, setelah selesai makan ia kembali menoleh pada Jonggun yang tengah tidur.
Hyungseok memiliki tekad untuk suatu hal, ia akan melakukannya setelah pulang sekolah nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate is Never Wrong (GunSeok)
Fiksi PenggemarDulu Hyungseok dijauhi oleh seisi kelas karena keadaan finansial keluarganya yang kurang baik namun berbeda dengan Jonggun, anak dengan paras bak malaikat serta kebaikan hatinya ingin menjadi teman Hyungseok tetapi sayang ketika Hyungseok dan Jonggu...