Chapter 7
Who Is He?Keesokan harinya tidak jauh berbeda dengan hari sebelumnya; melelahkan. Lagi-lagi harus bangun lebih pagi dari biasanya membuatku senewen. Hari ini seperti yang ada di jadwal kerja, aku harus pergi melakukan survei tempat ke lokasi rencana berlangsungnya pekan fesyen.
Kejadian semalam masih membuatku terus berpikir. Penasaran. Itulah kata yang tepat untuk menjelaskan perasaanku saat ini.
Apa maksud perkataannya? Aku tidak pernah memintanya untuk menjadi sesuatu yang lebih, maka dari itu ia tidak pernah menjadi seperti yang kuingini? Itukah maksudnya?
Ataukah aku tidak pernah mencoba untuk berani menyatakan perasaanku sehingga ia tidak tertarik padaku? Apakah yang itu?Segala kemungkinan dan perkataan bermain di benakku. Kata-katanya terngiang jelas, seolah ia sedang membisikkan semuanya di telingaku.
Apakah ia dulu juga merasakan hal yang sama?
Apakah ia datang untuk mencariku?Lokasi yang kudatangi terletak lumayan jauh dari pusat keramaian kota. Karena dibutuhkan tempat yang sangat luas, maka pihak penyelenggara memutuskan untuk menggunakan lahan yang terletak di daerah terpencil di pinggir kota New York. Udara di daerah ini masih segar, dan pekan fesyen ini akan dilaksanakan di tengah lahan terbuka yang masih sangat hijau.
Jarang sekali selama sepuluh tahun aku bertempat tinggal disini, bahkan hampir tidak pernah, kutemui tempat terbuka seluas ini. Yang sepertinya tidak lama lagi akan digunakan untuk apartemen dan bangunan bersifat komersial.
Di sana hanya kudapati sedikit pekerja yang sedang melaksanakan pekerjannya menyiapkan acara besar ini. Karena persiapan baru dimulai beberapa hari yang lalu, desain dan segala rencana untuk panggung dan tempat para tamu belum selesai direncanakan. Menimbang banyaknya anggota kru yang diikutsertakan, seharusnya sampai sekarang sudah ada kemajuan yang sangat banyak.
Kugelar peta luas yang kemarin diberikan oleh Dominic kepadaku. Disitu terlukis dengan jelas seluruh area yang sedang kuamati sekarang ini.
Petak-petak untuk setiap merk yang ikut serta untuk pekan fesyen itu sudah terdaftar di satu lembar penuh kertas folio. Sedangkan di setiap kolom nama merk terdapat warna-warna yang mengelompokkan mereka ke dalam beberapa kategori berbeda.
Biru tua, merah, dan kuning. Kategori pertama, kedua, dan ketiga.
Sampai sekarang, aku masih belum menemukan hal yang membedakan ketiga kategori itu. Namun, yang jelas, blok biru tua terletak di tengah-tengah lahan, blok merah mengelilingi blok biru tua, sedangkan blok kuning berada di lingkaran terluar.
Seharusnya hanya tinggal memasang patok-patok tanda nama merk di setiap petak tidak akan memakan waktu lama.
Aku beranjak dan mulai berjalan ke bagian tengah, dimana tidak ada atap atau apapun yang melindungiku dari cahaya matahari yang hari ini lumayan cerah, tidak seperti biasanya yang hampir tak pernah muncul.
Wilayah kota New York yang jarang didominasi panas matahari membuatku rindu akan iklim Asia yang relatif hangat.
Di tengah-tengah lahan luas ini sudah dipasang bendera biru tua. Bagus. Aku hanya tinggal memberi nama beberapa petak. Dan itulah yang kulakukan. Chanel, Prada, Ferragamo, dan beberapa merk lainnya di bagian biru tua. Semakin menjauhi titik pusat, semakin jelas apa yang mengkategorikan mereka.
Tentu saja.
Nama brand mereka.
Hanya tinggal beberapa langkah lagi hingga selesai. Mengingat derasnya keringat yang mengucur, sepertinya tinggal di benua ini membuatku tidak terbiasa dengan cahaya matahari.
![](https://img.wattpad.com/cover/29751228-288-k978088.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Life
Ficção Adolescente— Andai waktu dapat terulang kembali, bolehkah aku merubah pikiranku dan belajar untuk mencintaimu? Andai waktu dapat terulang kembali, maukah kau memaafkan semua kesalahanku dan kembali hadir di sisiku? — Hidup memang penuh kejutan. Baik dan buruk...