Chapter 5
Surprise, SurpriseAku mengedipkan mataku beberapa kali. Aku tidak percaya ini. Ya, aku tahu bahwa ia menjadi model untuk pekan fesyen yang akan datang, namun tidak seperti ini, bukan ini yang kubayangkan.
Apa yang salah denganku? Kenapa aku malah mempermasalahkan hal ini? Bukankah hal ini seperti batu loncatan untuk membantu diriku menjadi semakin dekat dengannya?
Aku memutar otak. Apa yang harus kulakukan? Benar. Aku di sini untuk bekerja, bukan untuk mencari kekasih.
Meskipun aku super-lajang, aku tidak se menyedihkan itu.
Aku melangkah ke dalam lift yang ada di ujung kanan lorong lantai lima. Entah kenapa lift sebelah sini lebih sepi dibandingkan dengan lift di sebelah sana.
Aku terdiam sejenak di dalam lift, tombol-tombol nomor lantai berderet di depanku. Aku memutuskan untuk kembali ke lantai enambelas. Kurasa di sana aku akan sekaligus meminta "bimbingan belajar" tentang lokasi kantor-kantor di dalam gedung ini.
Bunyi lonceng berdenting menggema di dalam lift dan seketika pintu lift itu terbuka. Aku melangkahkan kakiku ke arah meja Kristen yang terletak tepat di seberang lift.
"Permisi." Aku berdeham mencari perhatian dari wanita itu. "Di mana aku bisa menemukan kantor bagian desain runway?"
Wanita itu akhirnya mendongak. Ternyata bukan Kristen. "Ada yang bisa saya bantu?"
Wanita itu berambut gelap, di wajahnya terdapat sentuhan asia. Begitu juga dengan aksennya ketika ia berbicara. Ia jauh berbeda dengan Kristen yang berambut pirang dan lebih tinggi daripada wanita itu. Mengapa aku bisa mengira bahwa ia adalah Kristen?
Rupanya ia tidak mendengarkanku tadi. Akupun mengulang pertanyaanku. Kali ini ia dengan tanggap menjawab. "Bagian desain runway? Sebentar." Ia beralih ke loker di belakangnya dan mulai mencari sesuatu.
Aku menoleh ke arah kantor Samantha yang ada di lorong sebelah kanan. Ia tidak ada di dalam. Di mana dia?
Mengapa aku mencarinya? Pikiranku kacau hari ini. Ia boleh berada di mana saja, bukan?
Wanita itu lalu kembali berbicara, sebelum kusadari, ia telah berdiri lagi di depanku. "Bagian desain runway ada di lantai delapan. Di ruang konvensi sementara." Ia berhenti sebentar lalu melanjutkan kalimatnya. "Apakah ada kemungkinan kalau anda adalah Sebastian West?"
Aku mengerutkan dahi. Bagaimana ia bisa tahu? Aku hanya mengangguk menanggapi pertanyaannya.
Ia menyerahkan sebuah map transparan. "Apa ini?" Tanyaku heran sambil mengeluarkan isi map itu.
"Itu adalah..." Ia melihat ke arah catatan kecil yang ada di bukunya. "Titipan dari miss Wolff. Katanya itu adalah jadwal kerja selama dua bulan sekaligus peta gedung ini."
"Peta gedung?" Aku tertawa kecil. "Baiklah kalau begitu, tolong ucapkan terima kasih." Aku mengulaskan sepucuk senyum ke arahnya lalu membalik badanku dan kembali berjalan menuju lift.
Sam memang tahu apa yang kubutuhkan.
***
Setelah kesulitan membaca peta untuk beberapa saat, aku akhirnya menemukan ruang konvensi sementara. Ruangan itu memang besar. Dan yang paling parah adalah, banyak orang berada di dalamnya.
Aku benci keramaian.
Kau mungkin bertanya-tanya bagaimana aku bisa membenci keramaian sekaligus hidup di kota megapolitan New York City?
Kalau kau mempertanyakan hal itu, lebih baik kau berhenti. Karena sampai sekarang aku juga belum mengerti mengapa. Namun yang jelas, beberapa tahun pertamaku di New York merupakan tekanan tersendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear, Life
Подростковая литература— Andai waktu dapat terulang kembali, bolehkah aku merubah pikiranku dan belajar untuk mencintaimu? Andai waktu dapat terulang kembali, maukah kau memaafkan semua kesalahanku dan kembali hadir di sisiku? — Hidup memang penuh kejutan. Baik dan buruk...